Saya percaya Tuhan membimbing kita, terkadang melalui hal-hal yang tidak terduga.

Karena belum mampu tertidur, setelah melihat beberapa film dan menjelajahi dunia maya, saya iseng menjenguk salah satu blog teman saya yang merangkap sebagai pelanggan hosting yang saya kelola. Nama blognya Melsupdate.com, sekilas nama itu mirip dengan acara yang dibawakan oleh Melaney Ricardo di ANTV. Teman saya itu memang bernama Melissa, dan dipanggil dengan sebutan Mel. Judul tulisan yang saya baca adalah “Hikmah Dimana Saja.”
Tulisan sederhana, namun ada pesan diakhir tulisan yang membuat saya tertekun: “Bukankah jodoh dan rejeki sudah ditulis di lauhmahfudz? Mengapa kebanyakan kita pusing-pusing memikirkan hal-hal yang sudah pasti? Tidakkah diri ingin mempersiapkan menghadapi kematian yang bisa datang kapanpun? Mengapa tidak kita berlomba-lomba dalam kebaikan saja?”
Bukan sekali-dua-kali ini, telah beberapa kali saya menemukan pesan sejenis. Bahkan, kemarin saya mendapatkan telepon ketika seorang teman membatalkan janji pertemuan karena salah seorang temannya kecelakaan. Awalnya saya pun ingin menjenguk, nahas teman tersebut telah lebih awal dipanggil Tuhan.
Sebelum saya menulis tulisan ini, saya menangis. Mengingat, ada banyak dosa yang saya tuliskan di lembaran kehidupan yang saya alami ini, namun begitu sedikit waktu tersisa yang disediakan untuk memperbaiki semuanya. Ada banyak hati yang telah saya lukai, ada banyak orang yang saya sakiti. Entah, di luar sana ada berapa orang yang menderita akibat kehadiran saya di dunia ini.
Pelik memang!
Kita sungguh melupakan hal yang seharusnya kita pikirkan dengan serius. Apa yang akan kita bawa nanti saat bertemu Tuhan. Tidak ada! Sama sekali tidak ada, selain bertumpuk dosa yang terus menggunung.
Coba pikirkan tentang kemarin. Sudah berapa kali kita memuji Tuhan. Bersukur kepadaNya. Berapa menit dalam 24 jam waktu kita, ada yang disisakan untuk berterima kasih kepadaNya.
Beberapa hari ini saya sering sakit. Dan semalam saya begitu susah tertidur. Jika berbaring, hidung saya mampet oleh ingus dan menjadi susah bernapas. Memikirkannya, saya berpikir sungguh beruntung mereka yang malam ini mampu tertidur nyenyak tanpa harus berusaha keras untuk menghirup udara yang sedianya bebas di alam ini. Dan untuk setiap hela napas yang puas saat parunya dipenuhi udara, ada karunia Tuhan di sana.
Kita terlalu banyak menuntut kepada Tuhan. Meminta ini-itu dengan menawarkan hal yang seharusnya memang dilakukan. Kita berkata, “Tuhan aku ingin ini, sebagai gantinya aku akan berbuat kebaikan ini-itu.” Jujur, tidak malukah kita?
Mengapa sekarang tidak coba bersujud. Menangis di hadapanNya dengan takzim berkata dari hati, “Tuhan, terima kasih untuk semua yang Engkau berikan. Tidak ada yang sanggup aku balas. Maafkan aku yang terus mempersembahkan dosa. Maafkanlah aku yang terus alpa. Tuhan, berikan aku petunjuk. Ajari aku jalan, agar selalu mencintaiMu.”
Berkali-kali Tuhan terus mengingatkan kita. Dan janganlah kita seperti keledai, yang terus jatuh pada lubang yang sama, menjadi lalai dan terus alpa.