Judul di atas tidak salah. Memang kita bukan pecundang, kita semua adalah pejuang. Terlepas dari menang atau kalah, kita tetap bukan pecundang. Pecundang hanyalah mereka yang kalah oleh diri sendiri, mereka yang tidak berani mencoba setelah tersungkur untuk kesekian kali.
Sadarkah kita bahwa sesungguhnya kita adalah pemenang kehidupan. Sebelum kita bersekutu dengan ovum, kita telah menyisihkan jutaan pejuang lainnya. Mulai sejak awal ejakulasi, kita bertarung sesama kita, adu cepat, adu tangkas untuk mencapai ovum yang kita kejar. Sungguh, kita adalah satu dari jutaan kontestan. KITA BUKAN PECUNDANG!
Namun terkadang, setelah tulang ini berbalut daging dan dibalut lagi oleh kulit dari epidermis-epidermis yang bersekutu, lantas mengapa kita menjadi pengecut? Kita menjadi takut kalah perang, kita menjadi begitu cengeng, dan hanya mengharapkan euforia. Teman, sadarkah engkau?
Apakah engkau tidak mengingat saat dimana dirimu hanya satu dari sejuta, lantas Kami keluarkan kamu daripada mani-mani untuk menjadi pejuang lalu Kami tentukan sesiapa diantara kamu yang paling berhak untuk maju menjadi pemenang. Dan diantara para pemenang ada yang Kami matikan sebelum menjadi darah dan daging, ada pula yang Kami matikan setelah teriakan pertama, dan ada yang Kami panjangkan umurnya hingga rambut memutih dan Kami jadi dia kembali ke asal. Sungguh, Kami telah menetapkan kamu agar selalu berjuang dan tidak berputus asa dari rahmat Kami. Sungguh Kami berkuasa atas segala sesuatu.