Menonton video dan mendengarkan lagu di atas, kadang membuatku menangis. Terutama untuk mereka yang hadir bahkan sebelum cahaya datang. Demikianlah embun. Yang ketika sinar telah menghangatkan, mereka hilang dalam jejak yang tidak tertinggal, tidak pun di dedaunan.
Sering sekali, seumpama embun, hadir dalam kehidupan kita. Hanya saja, kita menjadi abai. Pandangan kita tertutupi, entah oleh ego, ambisi, harapan, atau kenyataan. Mereka yang terus datang sebagai penyejuk, seringkali kita lupakan.
Saat aku mendengarkan lagu ini, aku sering sekali memikirkan kedua orang tuaku. Orang tua yang sering sekali begitu tulus dalam pondasi perjalanan kita, namun hampir selalu kalah oleh segelintir teman, kekasih, atau kehidupan yang datang baru kemudian. Demikianlah kita, menjadi manusia yang lupa rasa. Menjadi manusia yang terlalu sering alpa.