Banyak orang sering sekali mencoba mengkait-kaitkan sesuatu dengan banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Dulu, aku pernah bertemu dengan seseorang yang bertanya hari apa aku lahir. Sepertinya dia mencoba mengkaitkan kecocokan antara hari lahirku dan hari lahirnya.
Tanggal lahirku 31 dan dia 13. Mungkin seperti itu yang coba hendak dikaitkan.
Aku pun pernah demikian. Mencoba mengkait-kaitkan keabsahan hati yang ada di dalam dadaku dengan pengujian kait-mengkaitkan. Dengan perhitungan angka-angka. Namun, itu bukan ramalan, cuma mengcoba menghibur hati kemungkinan-kemungkinan yang mungkin bisa terjadi di masa datang. Khayalan tepatnya.
Beberapa orang yang sedang mencintai seseorang juga sering sekali mengkait-kaitkan tanggal-tanggal lahir mereka yang dia cintai ke dalam bagian dari namanya.
Beberapa orang yang lain mencoba mengkaitkan antara kisahku yang satu dengan kisahku yang lain yang mungkin berhubungan dengan dirinya. Apakah kisah ini dan kisah itu memiliki hubungan? Dan apakah hubungan itu tentang aku.
Teori konspirasi juga demikian. Mereka berusaha mencoba memecahkan keterkaitan suatu peristiwa dengan rentetan peristiwa yang lain. Bahkan beberapa konseptor mencoba menghadirkan keterkaitan setiap peristiwa menjadi sebuah adegan panjang sejarah untuk menciptakan kemenangan yang hendak dicapai.
Ketika seseorang begitu menyukai suatu angka tertentu, pastilah ada yang jengah dan mencoba menggelitik apa maksud dari angka-angka yang mereka sukai tersebut. Apakah itu bagian dari keberuntungan atau karena itu adalah nomor istimewa yang dianggap sebagai angka hoki.
Karena keterkaitan ini, beberapa sangat percaya dengan Astrologi bahwa tanggal lahir, jam, serta bulan berapa dan posisi mereka lahir sangat menentukan dalam rekam-jejak keberuntungan mereka dalam hidup. Orang-orang India sangat percaya dengan ramalan.
Dalam sebuah buku berjudul “Otobiografi Seorang Yogi“, Parahamsa Yogananda bercerita tentang sebuah kisah gurunya yang meramal keburukan/kebaikan seseorang menurut astrologi dan ilmu menghitung hari lahir. Untuk menghindari kesialan dalam hidup, diberikan beberapa pantangan kepada orang yang sedang dirundung duka itu.
Dewasa ini, semakin banyak saja orang yang mempercayai ramalan. Sepertinya, ramalan Astrologi menjadi wajib pada beberapa majalah yang beredar saat ini. Sebagian orang sangat mempercayai apa yang dikatakan dalam majalah-majalah tersebut, padahal ramalan setiap majalah sudah pasti beda.
Akibat ramalan astrology tersebut, orang lebih tahu dia bintangnya apa, seperti aku yang Aries daripada mengetahui bulan dan tanggal berapa dia lahir dalam tahun Hijriah.
Ada lagi yang namanya shio, bagi kaum Cina yang mulai diadopsikan dalam ramal-meramal. Ketika pergantian tahun tiba, ramai-ramai orang berbicara: KEBERUNTUNGAN SHIO INI, DAN SHIO-SHIO YANG BAKAL BURUK NASIPNYA DI TAHUN INI.
Tidak cuma tanggal-tanggal. Posisi suatu benda juga memberi andil beruntung atau tidaknya seseorang. Hal tersebut bisa dilihat pada praktik feng shui.
Akibat praktik-praktik keterkaitan ini, orang-orang menjadi lupa bahwa mereka yang ditimpa bencana, yang diberikan keberuntungan, tidak lebih daripada takdir Allah yang berlaku kepada mereka. Alih-alih mengingat Allah, mereka mencoba mencari keterkaitan dengan benda-benda mati.
Contoh, beberapa waktu lalu temanku heboh dengan batu cincin. Katanya, kalau kita memakai batu cincin versi ini akan terlihat lebih adem, dan kalau batu itu akan banyak dicintai wanita. Kalau kita menggunakan batu cincin yang bentuknya seperti ini maka keberuntungan kita akan lebih baik.
Begitulah keterkaitan. Orang-orang tidak lepas mengkait-kaitkan sesuatu dengan banyak hal.