Penipu Berkedok Narkoba

Kemarin, pagi-pagi sekali (tidak pagi sekali juga sih, sudah pukul 8.00 WIB) Ayah menggedor kamarku. Saat aku buka, wajah Ayah memucat dengan napas tersengal. Dengan terbata-bata Ayah memintaku hati-hati, baru saja ada orang yang menelepon Ayah mengatakan bahwa aku ditangkap karena penyalahgunaan narkotika dan meminta uang damai Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

Penipu yang tidak punya harga diri dan kemanusiaan itu menelepon depot air minum kami (Ayah yang sudah pensiun memiliki usaha depot air minum isi ulang RO untuk membiayai kehidupan kami serta membiayai kehidupan dua kakakku yang sedang mengambil S2 dan spesialis pulmo). Penipu itu mengaku bernama Briptu Eka (aku lupa-lupa ingat siapa nama penipu jadah tersebut).

Aku sendiri tidak khawatir, karena yang namanya penipu itu adalah sekumpulan pengecut yang cuma berani beraksi di balik telepon. Suaranya saja besar dan menggertak, tetapi nyali mereka itu sebenarnya ciut dan mungkin alat kelamin mereka itu tidak memiliki fungsi selain kecuali sebagai aksesoris. Yang aku sayangkan adalah Mamak dan Ayah, mereka sangat-sangat khawatir dengan keadaanku. Mamak yang paling panik aku rasa, malah mewanti-wanti agar aku hati-hati, siapa tahu ada orang menculikku lantas menyuntikkan narkoba ke dalam tubuhku baru kemudian ditangkap dengan tuduhan penyalah gunaan narkoba.

Baca Selengkapnya

Tentang Bidadari Ketiga

Rasanya lama sekali, aku tidak memanggilnya dengan sebutan bidadari ketiga. Aku sekarang lebih sering memanggilnya dengan sebutan kamu, atau cuma memanggil dengan sebutan namanya.

Aku kembali ke masa-masa di mana aku memiliki alasan untuk memanggilnya bidadari ketiga. Dia mengajarkan aku apa yang tidak diajarkan oleh kedua bidadari sebelumnya: “mimpi, harapan, keinginan, kehidupan

Akhir-akhir ini aku kembali sering mengunjungi blognya. Kemarin-kemarin aku mempuasakan diri melihat apa yang ditulis olehnya. Sering sekali, tulisannya membuat jantungku berdetak lebih kencang karena seringnya aku menangkap sesuatu dengan tafsiran yang berbeda dengan inti dari sebenarnya yang tertulis. Kadang aku suka cemburu ketika dia menuliskan tentang salah seorang tokoh, atau berkenaan dengan seseorang.

Dari dua bidadari sebelumnya, cuma bidadari kedua yang aku suka. Sedangkan bidadari pertama bagiku adalah seorang teman dekat. Aku menyukai bidadari kedua karena dia memang “good looking” atau manis, yang namanya juga manusia pasti kita menyukai hal yang indah-indah. Tetapi, pada bidadari ketiga, aku menyukainya bukan karena fisik. Awal mengenal bidadari ketiga, aku tidak mengganggap bahwa dia cantik, bahkan sama sekali tidak tertarik.

Baca Selengkapnya

Tak Ada Yang Abadi, Ini Pasti Berlalu

Seorang bijak pernah meminta kepada seorang tukang cincin untuk mengukirkan sebuah kalimat pada bagian dalam cincin orang bijak tersebut, kalimat itu adalah: “tak ada yang abadi, ini pasti berlalu

Setelah cincin tersebut selesai diukir, orang bijak itu kembali melanjutkan perjalanannya. Dalam perjalanannya itu dia mulai bekerja sebagai buruh pada sebuah perusahaan besar yang dimiliki orang terkaya di kota itu. Orang bijak itu tekun bekerja malah lebih tekun dari kebanyakan buruh yang lainnya.

Seorang pekerja bertanya kepadanya, “mengapa kau bekerja dengan demikian giat padahal gaji dan kehidupan kita tidak akan berubah dengan bekerja lebih giat. Bekerjalah sesuai dengan apa yang mereka bayarkan untuk kita.

Orang bijak itu tersenyum dan cuma berkata, “ini pasti berlalu.

Baca Selengkapnya