Seribu tahun. Akhirnya aku menemukanmu.
Dulu sekali. Dulu yang jika diulang terasa begitu singkat. Apa engkau ingat? Ketika saat tangan kita terlepas, padahal jurang itu begitu dalam dan curam. Aku melepaskan genggamanku terhadapmu. Menolak engkau ikut terseret ke dalam pusaran mautku. Ketika bias tetes air matamu malah menyentuh pipiku. Dan dari kabur matamu yang berair, samar, engkau melihat senyumanku. Ingatkah?
Dalam senyum terakhirku. Berdetik sebelum bumi meremukkan seluruh tulang dan sendiku. Teriakku untuk menemukanmu. Di dalam perjalanan hidupku yang tak akan berhenti. Tak ada usai. Aku menolak seluruh nirwana. Menolak menyelesaikan segalanya, demi engkau yang ingin aku temukan kembali.
Perjalanan kadang memang tidak sesuai bayangan. Apa yang telah aku impikan, berbeda jauh dengan apa yang bumi takdirkan. Beratus kelahiran, aku gagal menemukanmu. Kecuali sekarang.
Engkau. Sedetik pun, tak ingin aku melepaskanmu!