Malaysia I Am Here

Terhitung sudah 4 hari aku di Malaysia, setelah mendarat pada hari Minggu di Bandara Internasional di Kuala Lumpur. Malaysia menurutku indah, untuk sebuah kota besar namun dengan tingkat kemacetan yang rendah jika dibanding dengan Jakarta dan suasana jalanan yang sangat mendukung orang untuk bebas bepergian dengan kaki.

Di Kuala Lumpur, aku melihat banyak orang yang patuh dengan lalu lintas. Itu yang membuatku salut. Traffic light yang telah maju serta aturan jalanan yang luar biasa. Di sini bahkan aku ada melihat jalur khusus untuk sepeda motor, orang-orang sini menyebutnya dengan “motor sikal”.

Menariknya lagi, stasiun bus pun hampir mirip seperti Bandara, sangat jauh berbeda dengan yang aku lihat di Indonesia. Mungkin itu khusus untuk Kuala Lumpur, karena di Penang waktu mau menyeberang ke Ipoh, stasiun bus juga tidak seindah di KL, tetapi masih lebih tertip dan terata rapi.

Lebih menarik lagi adalah, jalanan di sini bersih, tidak macet, orang-orang tertip dan mentaati peraturan, juga aku tidak takut akan di-tokoh-i atau ditipu di sini. Hal ini tidak aku dapatkan di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Cinta Tanpa Rupa

Nama-nama hadir, karena manusia terus meminta. Manusia tidak mampu mencintai tanpa wujud, mereka telah hidup dalam berbagai rupa, mencintai dengan banyak rupa. Manusia butuh wujud, mereka butuh nama. Manusia bingung dengan sesuatu yang abstrak, mereka tidak akan pernah khatam tentang cinta. Nama datang karena manusia meminta untuk dia yang tidak terjelaskan.

Nama-nama, dari langit sana, didatangkan dengan beragam. Dia yang tanpa wujud telah menghadirkan 99 nama. Satu nama tunggal untuk bisa manusia ucap dalam setiap doa mereka.

Dia mencintai manusia. Dia paham betul, manusia akan kebingungan dengan cinta tanpa rupa. Dia telah awal mengerti, manusia butuh nama dalam cinta.

Tidakkah engkau diperlihatkan, betapa banyak nama-nama hadir di dalam hati manusia untuk menjadi simbol untuk satu jiwa. Nama yang kadang terus hadir dan terukir, sebagian menjadi abadi, dan sebagian yang lain hanya menjadi sampah hati. Semua terwakili oleh nama, dan dalam wujud rupa.

Aku ingin mencintai, tanpa nama, tanpa rupa.

Baca Selengkapnya

Briptu Norman Dipecat

Briptu Norman Dipecat

Setelah berulang kali berulah dan bertingkah indisipliner serta mangkir dari tugas sebagai abdi negara pada bidang kepolisian, akhirnya pihak kepolisian mengambil langkah yang menurut saya cukup melegakan dan mengakomodir semua pihak: Briptu Norman dipecat!

Berikut ini petikan berita dari detik.com:

Jakarta – Sidang kode etik Polda Gorontalo memutuskan anggota Brimob Briptu Norman Kamaru diberhentikan secara tidak hormat alias dipecat. Sejak hari ini Norman dilarang memakai Briptu di depan namanya.

Sudah selesai sidangnya. Putusannya PDTH yaitu pemberhentian dengan tidak hormat,” kata Kabid Humas Polda Gorontalo, AKBP Lisma Dunggio, saat dihubungi detikcom, Selasa (5/12/2011).

Lisma mengatakan dalam putusan tersebut, Norman dinilai telah melanggar pasal 14 ayat 1 huruf a Peraturan Pemerintah RI No 1 tahun 2003 tentang pemberhentian anggota kepolisian negara RI. Norman dianggap disersi yakni selama 30 hari berturut-turut tidak masuk kerja.

Yang bersangkutan tidak masuk kerja dianggap disersi,” ujarnya.

Dengan begitu, lanjut Lisma, Norman tidak berhak lagi menyandang Briptu di depan namanya. Jika anggota Polri dipecat dengan hormat, maka orang tersebut bisa menggunakan nama pangkatnya disusul dengan purnawiraan.

Menurut Lisma, setelah ini akan ada upacara pelepasan baju dinas terhadap Norman. Namun kapan jadwalnya, Lisma belum mengetahuinya.

Mulai hari ini sudah tidak berhak lagi,” ungkapnya.

Lisma menceritakan saat pembacaan putusan tersebut, Norman yang diwakilkan orang tua dan kakaknya tersebut menerimanya. Sejak sidang kedua, Norman dan keluarga memang sudah bersikukuh dengan keputusan untuk berhenti dari institusi Polri.

Dia bilang dia malah sudah capek tidak mau mengubah lagi. Pokoknya mau berhenti. Itu sudah ditanyakan pas sidang kedua waktu itu,” ucapnya.

(gus/vit)

Setelah sebelumnya sempat terkenal dan menjadi fenomenal, polisi yang senang berjoget India serta menari hula-hula – Briptu Norman mulai jengah dengan institusi yang telah mewadahi hidupnya selama 5 tahun terakhir ini. Dengan alasan bosan yang selalu dikatakannya dalam beberapa status facebook yang bersangkutan.

Baca Selengkapnya

Menertawai Masa Lalu

Beberapa hari ini aku punya hobi yang unik. Melihat komentar orang-orang di blogku dan melihat tulisan apa yang mereka komentari. Kebanyakan pengunjung di blogku berkomentar tentang tulisanku yang lama, yang lebay, dan menyayat hati.

Menertawai Masa Lalu
http://pipin217.wordpress.com/
Entah kenapa aku merasa geli sendiri dengan masa laluku. Merasa geli, ternyata betapa lebay-nya aku ini.

Salah satu contoh kelebayanku ada pada tulisan “Cinta Itu Berat” — bercerita tentang kisah aku yang patah hati, dulu mungkin saat menuliskannya, membacanya, bertutur tentangnya, hal itu bisa jadi sangat menyayat hati, namun sekarang aku merasa itu terlalu lebay.

Aku mungkin memang kurang mampu menulis hal yang sederhana dengan cara yang sederhana. Misal, aku sedang bahagia dan aku tuliskan saja bahwa aku bahagia. Tidak harus dengan cara mendramatisir keadaan, melakukan antraksi tari-tari India, diiringi musik, di bawah lautan hujan. Harusnya aku bisa menjadi lebih sederhana dalam menyajikan sesuatu.

Aku iri dengan orang-orang yang bisa bercerita secara jernih. Mereka yang tidak menambahkan, melebaykan, atau mendramatisir. Mereka bertutur dengan pure, sebenar-benar penuturan.

Baca Selengkapnya