Sampai sekarang, saya masih berkeyakinan, bahwa di lab itu ada hantunya. Fadhli — teman saya — tetap aja berusaha meyakinkan saya kalau itu cuma halusinasi atau suara dari lab sebelah. Tapi, kok rasanya masih janggal.
Jadi ceritanya begini. Beberapa minggu lalu, saya ikut menginap dengan Fadhli di lab. Saat itu dia fokus mengerjakan tesisnya dan saya mencoba mengerjakan konsep rancangan untuk alat HITS (Horizontal Impact Testing System). Tiba-tiba lampu mati, sedangkan hujan di luar deras banget. Berbekal senter dari handphone, kita menuju ke student corner untuk makan dulu. Siap makan, kita kembali lagi ke lab.
Di lab, Fadhli mengambil wudhu dan shalat. Biasanya, kita shalat di ruangan S3, ada tempat shalat kecil di sana. Dan saat shalat itu, tiba-tiba Pak Kasda menelepon-ku. Saya katakan bahwa Fadhli sedang shalat, karena saya juga berada di ruangan S3. Ada suara seperti orang sedang shalat di balik lemari tempat yang biasa digunakan untuk shalat.
Yang mengerikan, saat saya selesai menutup telepon. Saya mengintip ke tempat shalat, untuk memberitahukan bahwa Pak Kasda tadi telepon. Eh, ternyata, tempat shalat itu kosong. Dan ketika saya beranjak ke pintu mau keluar (karena bulu kudu sudah merinding), tiba-tiba Fadhli muncul dari ruangan shalat yang lain yang ada di samping ruang kelas. Saat itu, bulu kuduk saya semakin merinding.
Biasanya, jika magrib tiba, saya merasa ruang kelas dan ruang tengah tempat berbagai macam mesin yang agak mengerikan, eh ternyata di ruang S3 juga cukup mengerikan.
Tadi, sambil berjalan pulang dari lab menuju mesjid Salman, saya katakan bahwa kalau sendirian, saya tidak berani menginap di lab perancangan. Mental saya belum setangguh mental Fadhli atau Pak Kasda yang bahkan tinggal di lab sampai wisuda.
Soal suara-suara, sebenarnya dulu di kosan lama di daerah Cisitu Baru, saya juga sering mendengarkan hal aneh. Di pekarangan kosan, ada sebuah kursi bambu. Biasanya sekitar jam 1 malam, jika saya belum tertidur, di situ terdengar suara seperti orang duduk. Dan anehnya, setiap kali saya mengintip, pekarangan itu sepi, tidak ada orang di sana.
Di rumah saya di Aceh juga kadang hal yang mirip terjadi. Yang paling berbekas itu adalah pada suatu malam, karena imsomnia, maka saya biasanya turun ke bawah untuk makan sambil menonton TV. Saat saya menyalakan TV, dengan suara yang mungkin agak keras, eh tiba-tiba pintu dapur ada yang ketuk keras sekali. Padahal, di dapur tidak ada orang sama sekali.
Tetapi suara yang paling menyeramkan itu waktu saya masih sekolah di MIN. Saya mendengarkan suara kuntilanak tertawa, dan atap rumah seng seperti bergemuruh. Anehnya, orang rumah selain saya dan Ayah, cuma mendengarkan suara atap bergemuruh, seperti ada ayam yang lepas di atas atap. Hanya saya dan Ayah yang mendengarkan suara cekikikan kuntilanak tersebut. Untungnya, Ayah datang ke kamar saya, dan saya pun minta tidur di kamar orang tua.