Selamat Tinggal Hitam

Apa kabar hitam?
lama telah kita tidak bertemu
namun, selama ini tidak pula aku kunjung rindu
bahagia terkadang
lega, telah meninggalkanmu
jauh, sangat jauh ke belakang

Janganlah duka merundungmu
Masih banyak hati yang lain
yang bisa kau masuki dan rasuki
tapi jangan aku, hilang nanti semua bahagia

Siang kemarin aku menangis
kau tak ada, tapi aku juga tak rindu
berharap kita pisah selamanya
tak ada lagi hitam, tak ada lagi kelam
aku teramat berharap: cahaya ini tak akan lekang

Selamat tinggal hitam
semoga perpisahan kita abadi
tak ada singgungan
menjadi asimtot
hendak bertemu namun tak pernah bergandengan

Pesan Dari Tuhan

Saya percaya Tuhan membimbing kita, terkadang melalui hal-hal yang tidak terduga.

sujud
sumber: penulis165.esq-news.com

Karena belum mampu tertidur, setelah melihat beberapa film dan menjelajahi dunia maya, saya iseng menjenguk salah satu blog teman saya yang merangkap sebagai pelanggan hosting yang saya kelola. Nama blognya Melsupdate.com, sekilas nama itu mirip dengan acara yang dibawakan oleh Melaney Ricardo di ANTV. Teman saya itu memang bernama Melissa, dan dipanggil dengan sebutan Mel. Judul tulisan yang saya baca adalah “Hikmah Dimana Saja.”

Tulisan sederhana, namun ada pesan diakhir tulisan yang membuat saya tertekun: “Bukankah jodoh dan rejeki sudah ditulis di lauhmahfudz? Mengapa kebanyakan kita pusing-pusing memikirkan hal-hal yang sudah pasti? Tidakkah diri ingin mempersiapkan menghadapi kematian yang bisa datang kapanpun? Mengapa tidak kita berlomba-lomba dalam kebaikan saja?”

Bukan sekali-dua-kali ini, telah beberapa kali saya menemukan pesan sejenis. Bahkan, kemarin saya mendapatkan telepon ketika seorang teman membatalkan janji pertemuan karena salah seorang temannya kecelakaan. Awalnya saya pun ingin menjenguk, nahas teman tersebut telah lebih awal dipanggil Tuhan.

Baca Selengkapnya

Persembahan Untuk Tuhan

berdoa
sumber: indonesian.iloveallah.com
Jika Tuhan punya akun di dunia maya, tentu aku akan selalu mention Dia, juga memberikan surel/email untuk berkata setiap hari, “Tuhan, tidak ada yang kupersembahkan untukMu hari ini kecuali seluruh dosaku.

Setiap kebaikan akan selalu kembali kepada Tuhan, dan dosa adalah hak setiap manusia. Bagaimana kita mampu memberikan apa yang TIDAK kita miliki?

Aku melihat, terkadang manusia sombong. Mereka merasa setiap kebaikan yang mereka lakukan mampu membayar apa yang telah Tuhan berikan. Sekali-kali tidak. Setiap kebaikan yang kita lakukan tidak akan pernah mampu membayarnya, bahkan untuk setiap napas normal yang kita lakukan setiap hari. Bahkan tidak mampu membayar untuk setiap pergantian kulit setiap harinya.

Apa yang manusia miliki sebenarnya adalah dosa. Maka itu pula yang mampu aku persembahkan kepada Tuhan.

Baca Selengkapnya

Manusia dan Luka

Tuhan kadang sering bercerita lewat luka-luka. Terkadang, ada banyak kisah indah yang ditoreh dari luka yang menganga. Dan kadang, kenikmatan bisa menjadi tabu ketika yang tersisa cuma rasa sakit dan penderitaan tiada berkesudahaan.

Aku teringat tentang kisah Musa. Bagaimana dia diutus menjadi seorang nabi dan rasul setelah sebelumnya melakukan sebuah dosa. Musa telah membunuh seorang manusia.

Musa panik. Lantas dia berlari keluar Mesir hingga sampailah dia kepada gerombolan manusia, di mana ada anak Syuaib di sana. Dia menawarkan bantuan, lantas anak Syuaib pun terpikat. Dari sebuah dosa, Musa mendapatkan tempat baru atas segala penyesalannya.

Dan pada suatu hari, di sebuah gunung Tuhan mengangkat Musa ke derajat yang paling tinggi. Tuhan menjadikan Musa sebagai nabi dan rasul-Nya.

Baca Selengkapnya

Bahasa Kematian

Dulu, aku tidak takut mati. Entah pun jika aku mati, yang aku takutkan adalah rasa-rasa dari kematian tiba. Seperti yang pernah aku dengar cerita dari orang-orang yang telah jauh tua, tentang betapa sakitnya rasa kematian itu. Layak tebasan seribu pedang. Perih tak berperi. Teramat. Sangat.

Yang aku takutkan dulu adalah proses-proses kematianku tiba. Aku takut darah. Aku takut melihat darah atau darah yang mengalir keluar dari tubuhku yang entah terkoyak atau tersayat. Aku takut. Bahkan, melihat kambing kurban yang mengerang kesakitan bertemu dengan maut pun aku takut. Dulu pun aku tidak begini, aku yang semasa kanak malah begitu suka melihat kambing-kambing yang digiring menuju pembantaiannya. Namun, sekarang tidak lagi. Perih rasa kesakitan yang menggiring mereka seolah juga aku rasakan.

Kadang aku membayang. Bagaimana proses aku menuju kematian itu. Apakah tenggelam. Apakah terbang lantas terguling setelah dihantam. Terbakar. Remuk setelah digilas oleh sesuatu. Atau aku akan jatuh dari ketinggian, atau mati terhimpit reruntuhan. Segala hal yang aku bayangkan berujung kepada rasa sakit yang sangat. Kematian tercepat dan tidak menyisakan sakit mungkin cuma jika kepalaku pisah dari badan. Ketika aku terpancung seperti Djenar atau Hallaj.

Baca Selengkapnya