My 1st English Post

Actually, this is my 1st english post in this blog. As I thought, I never post english in this blog except lyrics or quoted.

Now, I am trying to improve my english with speaking and writing in english. I have no problem with reading like I got some problem with listening. Actually, the voice I usually hear in movies not similar with I listen on TOEFL test. I got bit confuse with TOEFL listening section. And the other problems are speaking and listening which I want to solve.

My recent TOEFL score is 483, and my target not below 550. I have gone to course for 2 months and upgraded my TOEFL score in 400 to 483. I thought its a big jump for me. What should I do for more upgrade? I have to upgrade to 570 before last May, because one of requirement to get the scholarship is my TOEFL score not below 570.

Baca Selengkapnya

Aceh Bermartabat

Aku baru lihat iklan di atas dari situs zaini-muzakir.com yang dibuat oleh temanku. Pada halaman depannya ternyata ada iklan tersebut. Aku buka, lantas aku pun suka (Terkecuali bagian terakhir yang berbunyi “coblos nomor 5”).

Sebenarnya itu adalah iklan dari Partai Aceh. Sederhana, namun pesannya kena. Dengan background musik khas Aceh, terus ada peta Aceh tempo dulu, kemudian diselingi oleh episode perjanjian perdamaian Aceh.

Iklan tersebut bisa dikatakan berhasil secara propaganda. Aceh memang butuh kedamaian dari dulu. Terlalu lama hidup dalam konflik membuat Aceh merindukan bagaimana rasanya damai dan memiliki negeri ini, utuh, dan berdikarya.

Memang, sebagai orang kota yang hidup jauh dari konflik. Aku tidak merasakan utuh apa yang dirasakan oleh saudaraku yang ada tepat di pusat daerah konflik. Namun, setidaknya, aku memahami dari apa yang mereka pilih, demi satu tujuan: perdamaian dan menjaga keutuhan MoU Helsinki.

Aceh butuh kedamaian. Sudah! Sekarang, Aceh butuh menjadi bermartabat.

Baca Selengkapnya

Aku Menangis (Lagi)

Malam ini, aku menangis. Tepat saat seseorang memberikan tautan tentang sebuah tulisan berjudul “Karena Ukuran Kita Tak Sama” karya seorang Salim A. Fillah. Tulisan itu membuat aku ingin terus membaca tulisan berikutnya.

Dadaku bergetar, tentangnya yang dikisahkan oleh seorang Salim. Tentang banyak “nya” yang telah aku lupakan, terlupakan, atau memang sengaja aku ingin agar menjadi lupa. Dadaku hebat bergetar, hingga mungkin, rahang-rahang menjadi kaku setelahnya.

Sudah lama aku tidak menangis. Tidak seperti ini.

Terakhir aku menangis adalah kemarin. Saat gempa hebat melanda Aceh dan aku mengira kiamatlah hari itu akan tiba. Aku mengira tsunami akan kembali hadir di bumi ini. Dan aku, tetap aku, tanpa bekal yang cukup jika menghadap Tuhan nanti. Menangis di antara sujud-sujud yang lebih panjang dari biasanya.

Aku menangis. Aku tidak mengusapnya. Tidak mencoba agar ini berhenti. Aku membiarkannya. Memberikan diriku, hatiku, jiwaku, sedikit kesempatan untuk mengeja makna-makna yang Tuhan sampaikan melalui tangan-tangan yang lain. Aku ingin tangis ini tidak henti, tidak cukup sampai di sini.

Baca Selengkapnya

Mendownload Dokumen Scribd

Dulu, mendownload dokumen di website scribd.com sangat menyenangkan, tetapi sekarang hal tersebut tidaklah semudah dulu. Scribd.com sekarang sudah men-restrict orang-orang untuk mendownload dokumen PDF dari sana. Semua orang bisa mendownload bebas dokumen tetapi dengan syarat harus menjadi anggota berbayar di scribd.com mulai dari $2.99 per hari sampai $59 per tahun.

Aku merasa hal tersebut wajar, jika Scribd mengambil bayaran dari anggota mereka yang ingin mendownload dokumen dari server mereka. Mengingat, ada banyak uang yang mereka investasikan untuk membangun server, mengembangkan perangkat lunak, menggaji karyawan dan melakukan perawatan terhadap layanan yang mereka persembahkan. Bahkan mereka, menurutku, adalah satu-satunya provider yang melakukan konversi semua dokumen menjadi HTML5. Awal aku mengenal Scribd, semua dokumen tersedia dalam format FLASH, hanya jika ingin mendownload saja maka format aslinya akan diberikan kepada kita.

Aku sendiri, jika memiliki kelebihan uang dan berniat untuk mendownload barang satu atau beberapa ebook dari sana, aku membayar mereka. Bahkan aku pernah menjadi member per tahun mereka, namun kemudian aku merasa hal tersebut membuang-buang uang saja karena tidak setiap hari aku mendownload ebook dari sana.

Masalahnya adalah, dengan kebijakan mereka tersebut, terkadang aku yang sedang tidak punya uang menjadi tidak bisa mendownload ebook yang aku butuhkan. Memang, Scribd menyediakan sebuah solusi, demi menjaga perasaan berkontribusi, maka jika kita ingin mendownload sebuah dokumen dari sana, kita diwajibkan pula oleh Scribd mengupload beberapa dokumen juga ke sana. Ini seperti simbiosis mutualisme. Hanya saja, terkadang aku pun bingung, dokumen apa yang harus aku barterkan untuk bisa mendownload dokumen yang aku butuhkan.

Setelah mencari beberapa saat di Google, akhirnya aku menemukan solusinya. Ternyata ada semacam pintu belakang di Scribd agar kita bisa mendownload dokumen dari sana tanpa harus menjadi member.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Tentang Kentut

dilarang kentutMasih ingat kisahku tentang kentut?

Jadi begini, ternyata setelah aku menuliskan tentang hal yang memalukan kentut kemarin, kentutku tetap saja tidak berkurang. Faktanya, bahkan kentutku semakin sering saja keluar dengan bunyi yang nyaring. Masalah bau kentut, walau memang mengganggu, bagiku tidak begitu masalah asalkan tidak ada bunyinya. Jika aku kentut namun tidak bunyi, aku bisa saja mengelak bahwa ada orang lain yang kentut. Namun, jika kentut sudah berbunyi, kuping siapa yang harus ditulikan? Terlebih, semua orang punya mata untuk melihat, refleksi dari pendengaran mereka kepada sumber suara dengan bunyi nyaring yang mungkin saja sebentar lagi akan segera membusukkan ruangan.

Yah. Kentut memang sebuah dilema, terutama jika dia berbunyi.

Aku heran. Dulu, aku kentut bisa tanpa suara juga tanpa bau. Seperti orang buang napas, segalanya terjadi dengan indah tanpa harus membuat jantung berdetak lebih cepat. Sekarang, jika ingin kentut, aku harus lihat kiri-kanan jika-jika ada orang di sekelilingku. Parahnya adalah, kentutku itu seperti nervous system, muncul tiba-tiba tanpa aba-aba bahkan aku baru sadar setelah bunyinya hadir.

Baca Selengkapnya