Aku sedang duduk di depan kantin Salman. Seorang nenek bongkok sedang tertatih berjalan. Dengan memelas dan lirih dia mendatangi seorang demi seorang, tidak mengemis melainkan menjajakan jualan yang ada di kreseknya. Tetapi, setiap orang yang didatanginya cuma menggeleng. Abai dengan apa yang terjadi. Atau, seperti aku, pura-pura untuk tidak peduli.
Orang-orang menjadi apatis. Dan aku tidak mengerti darimana sumber segala sikap ketidakacuhan mereka itu. Sama seperti aku tidak mengerti diriku sendiri. Padahal, wajah-wajah yang aku lihat di sini, adalah wajah penuh kesalehan. Wajah yang seumpama purnama di malam gelap tanpa bintang. Dan perempuan-perempuan pun, mereka adalah bentuk keindahan. Hanya saja…
Nenek yang berjalan tertatih itu sudah menghilang. Tidak lagi aku melihat bayangannya, tidak pula harum seluruh porinya. Bahkan tidak ada bayangan apapun yang melekat di ingatan semua orang. Menghilang sempurna.