Tuhan, Aku Lelah

Tuhan, Aku lelahTerkadang aku menjadi begitu lelah, terutama dalam menata hati. Ada banyak bagian yang begitu susah kumengerti, ntah bagaimana Tuhan menjadikannya hingga begitu rumit untuk kupahami.

Bukan hanya perasaan cinta yang harus kutahan agar tak menggebu, atau perasaan sedih yang harus ku urai agar tak menyepi aku dalam lubang hitam pekat tak bermassa. Banyak hal yang masih tak kumengerti tentang rasa, tentang emosi, dan tentang jiwa. Waktu dua puluh tahun belum cukup bagiku memetakan sifat-sifat dasar manusia.

Lelah, aku begitu lelah. Ingin berbaring sejenak untuk melepas penat, namun rasanya akan sangat sulit. Berbaring hibernasi puluhan abad pun tetap tak akan mampu mengangkat rasa letih ini. Rasa yang begitu membuatku menghela nafas panjang. Aku capek!

Tuhan, aku lelah. Aku merasa Engkau mengerti, namun mengapa terus menunda mencabut akar jiwa ini? Tugas apalagi yang belum tuntas?

Baca Selengkapnya

Hidup Itu Tidak Seperti Bola

Hidup itu tidak seperti bola. Hidup itu seperti trapesium, memiliki wajah yang berbeda jika dipandang dari sisi yang berbeda. Hidup itu unik, yang kita anggap menyakitkan belum tentu adalah rasa sakit. Rasa sakit cuma ada dalam pikiran kita, rasa benci, rasa kesal, emosi-emosi yang meletup itu hanya ada dalam bayangan kita.

Hidup itu anugerah. Walau Tuhan sering berkata, “hidup tak lebih dari senda-gurau,” namun hidup adalah anugerah Tuhan. Hidup adalah cara Tuhan bercanda dengan manusia. Maka tertawalah, karena Tuhan selalu tertawa.

Seorang teman pernah menangis, “Tuhan itu tidak adil!

Dia merasa hidup tak lebih dari seribuan ujian. Tak pernah merasa puas dan tak pernah ingin kalah dengan orang-orang. “Aku terus mengalah, namun mengapa Tuhan terus membuat aku begini?

Setiap manusia juga pernah seperti dirinya, berada dalam puncak kritis yang membentuk palung dalam. Palung yang menyentuh paling dasar sifat kebencian, dan semua kebencian terarah kepada Tuhan.

Baca Selengkapnya

Tuhan Masih Membantu Kami

Suprise! Itulah perasaanku hari ini.

Awalnya ku kira jika merunut dari hari sebelumnya, mungkin kami hari ini tidak akan beraksi menjajah persimpangan di setiap kota Banda Aceh. Terlebih session kedua kemarin gagal terlaksana, namun hari ini setiap session mampu dilalui dengan sukses.

Sepuluh tangan terangkat mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang ikut berpartisipasi. Terima kasih untuk anak-anak KPLI, anak-anak Amiki, dan Acehblogger.

Total dana yang telah terkumpul adalah Rp 4.003.800

Namun yang lebih membuatku semangat adalah, ternyata kami mulai tidak sendiri. Apa yang kami inginkan dari awal mulai tercapai, beberapa pihak terkait mulai melirik Rohingya. Tujuan kami memang tidak fokus ke dana, dana hanyalah sebagai bentuk solidaritas kami.

Baca Selengkapnya

Kami Sedikit, Tetapi Kami Peduli !!!

Judul di atas diambil dari blognya bang Fadli. Bagus sih judulnya, makanya tidak sungkan saya mengambil judul yang sama. Judul yang begitu menggugah.

Sumpah, saya ingin nangis membacanya.

Sedikit sekali yang peduli dengan Rohingya, tidak seperti orang-orang yang begitu tergugah untuk turun ke jalan membantu Palestina. Bukankah Rohingya juga muslim? Atau adakah yang telah salah…

Rabu, 11 Februari 2009. Hari ini kami turun ke jalan dengan jumlah personel yang amat sedikit. Hanya ada saya, bang Husni, Fauzan, bang Fadli, Iqbal, Irfandi Djailani, Tengku wan, An3uk, Ida, dan Siska.

Rencana awal kami ingin menjajah seluruh persimpangan yang ada di kota Banda Aceh. Kami ingin menjajah simpang Jambo Tapee, simpang Lima, simpang Surabaya, simpang Jam. Tetapi Tuhan menitahkan kami cuma mampu menjajah simpang Lima sebagai daerah jajahan.

Kami sedikit namun kami peduli.

Baca Selengkapnya

Manusia Perahu Adalah Saudara Kita

Muslim RohingyaPermulaan tahun 2009, pekan kedua bulan Januari dan awal Februari, Aceh kedatangan ratusan tamu luar negeri yang dibuang oleh negaranya sendiri. Sungguh malang nasib tamu yang terkenal dengan sebutan “manusia perahu” ini. Di negeri asalnya disiksa dan dizalimi, di negeri tetangga diusir dan dibuang. Dan sekarang, tamu yang merupakan Muslim Rohingya itu terdampar diperairan Sabang dan Idi Rayeuk, Nanggroe Aceh Darussalam. Akankah mereka akan mengalami nasib serupa dari pemerintah kita?

Manusia tanpa negara

Etnis Rohingya adalah orang-orang tanpa kewarganegaraan yang mendiami kawasan perbatasan antara Myanmar-Bangladesh. Di Myanmar mereka mengalami penganiayaan dan siksaan yang brutal dari rezim junta militer. Inilah yang memaksa mereka menjadi manusia perahu yang berlayar dari satu negara ke negara lain, terutama Thailand, Malaysia dan Indonesia, untuk mencari tempat penghidupan yang lebih baik. Selain Myanmar, Thailand adalah negeri yang paling tidak bersahabat dengan orang Rohingya. Pemerintah negeri yang dulu bernama Siam itu selalu bertindak keras dan kasar bahkan mengarah ke pembantaian.

Baca Selengkapnya