Ayo Jadi Sapi

Sapi kamu!

Kontan, orang jika dikatai demikian pasti akan sangat marah. Reaksi paling respontif untuk menekan kemarahan adalah muka mereka memerah, namun ada juga yang tersenyum mendengar itu. Mungkin kebetulan mereka sedang tuli.

Kadang aku berpikir, menjadi sapi itu menarik. Aku melihat proses memamah biak yang dilakukan oleh sapi dan aku ingin menerapkannya di dalam diriku sendiri.

Pertama, sapi memakan rumput-rumputnya dan langsung memasukkannya ke dalam lambung, jika suatu ketika sapi sedang santai, dia akan memuntahkan kembali makanan itu untuk dikunyah pelan-pelan. Dengan santai sapi mengunyah rumput-rumput itu hingga halus dan memakannya kembali.

Aku berpikir, bagaimana jika hal tersebut aku terapkan di dalam proses pembelajaran?

Baca Selengkapnya

Aku Munafik

Beberapa hari ini aku merasa menjadi munafik. Mengapa? Karena ada banyak janji yang tidak bisa kupenuhi dan aku terus berjanji.

Sore kemarin, Ibnu telepon apa aku bisa bertemu dengannya di mesjid Oman selepas Ashar? Aku iyakan dengan menjawab iya. Namun apa yang terjadi? Karena terlalu asik menonton film “The Blind Side” aku terlupa untuk pergi ke mesjid dan shalat berjamaah di mesjid Oman. Film selesai dan aku melihat jam sudah pukul 16:00 lewat. Aku sadar namun aku menunda.

Sadar hal tersebut, selesai shalat aku menelepon Ibnu namun ternyata terjadi masalah jaringan. Telepon tidak diangkat dan terus bernada sibuk dan mengatakan bahwa Ibnu tidak dapat dihubungi. Baru setelah beberapa lama, setelah aku berada di Aceh IT Center, aku dapat menghubungi Ibnu.

Aku kecewa sekali dengan diriku sebagai seseorang yang tidak mampu menepati janji. Aku merasa, aku ini munafik.

Baca Selengkapnya

Cinta Tanpa Kelamin

Ya, aku mencintai lelaki itu. Jangan berburuk sangka bahwa ini adalah percintaan sejenis. Bukan, ini adalah cinta tanpa kelamin.

Lelaki yang kucinta itu adalah lelaki yang selalu kurindu. Aku teramat salah kepadanya. Cintaku yang membuta, menjadikan nasipnya nestapa. Aku terlalu cinta, tak kusadari telah terlalu jauh aku mengguncang pribadinya. Aku salah. Aku berdosa.

Cintalah yang menggerakkan aku agar dia mendapatkan cintanya. Namun, mungkin caraku dianggapnya salah. Namun, untuk segala prasangkanya itu kepadaku, dia juga salah. Tak pernah ada di dalam hatiku mencintai wanita yang sedang dicintainya. Tak pernah sekalipun.

Baca Selengkapnya

Reruntuhan Langit-langit Biru

Langit-langit biru runtuh, tepat di mataku. Langit berganti rupa, hitam lebih pekat dari malam. Bintang-bintang pun padam. Matahari telah terhapus dari gugus galaksi. Bumi, negeriku, seolah padam dan tersedot lubang hitam. Segala hal suram, tak ada ruang bernapas. Bahkan oksigen pun menjadi sesuatu yang tak mampu diterima paru.

Ah cinta. Segala hal yang kusebut di atas semerta berubah warna. Bahkan cinta membuat polusi nuklir menjadi seindah pupuk kompos. Menghidupkan bunga segala bunga. Aku yang sepi terbangun. Bukankah cinta adalah anugerah?

Berapa lama lagi harus kutahan. Sangat hendak aku bilang: engkaulah segala napas mengapa aku tetap hidup, denyut-denyut yang tak terbantahkan mengaliri tiap pori kulitku. Warna dalam setiap dimensi hidup.

Baca Selengkapnya

Rahasia Di Ujung Lidah

Aku rasa bidadari ketiga tahu bahwa aku mencintai dirinya, namun aku tetap memilih diam. Dan terkadang aku merasa dia juga menyukai diriku, dan dia juga diam.

Hampir setiap malam, melihat namanya, demamku menjadi kumat. Rinduku seperti tak tertahan, namun aku mencoba bertahan. Terkadang, jika rindu itu meletus, aku pun menyapanya. Kadang, aku harus menunggu untuk sebuah jawaban, dan aku menikmati fase tersebut.

Rahasia di ujung lidah. Ingin aku katakan, namun selalu aku tahan. Aku masih percaya, ada saat yang tepat nanti ketika semuanya tersingkap.

Tetapi ada satu ketakutan dalam diriku. Jikalah dia menjadi pergi, akibat ketiadatahuan betapa namanya bertalu-talu di dalam hatiku. Saban malam, di keheningan malam, ingatan-ingatan tentangnya menjalari sarap pikirku.

Baca Selengkapnya