Mulai tanggal 22 Agustus 2013 yang lalu, saya telah kehilangan separuh penglihatan saya pada mata kanan. Awalnya cuma kabut asap pada mata, saya duga itu karena kacamata, tetapi selepas kacamata dilepaskan, efek kabut asap itu masih tetap ada. Saya masih berpikiran positif, mungkin ada cairan di mata saya atau apalah itu, atau mungkin karena saya baru bangun tidur saja. Saya belum berpikiran buruk ketika itu, tidak pula menduga ini akan menjadi suatu hal yang serius.
Jumat, pagi hari, kabut asap mulai berubah menjadi setengah bulan yang membuat mata saya kehilangan cahaya. Awalnya setengah bulan itu cuma bertengger menutupi sepertiga penglihatan, namun dengan cepat, saat sore hari, ketika saya hendak dioperasi, setengah bulan itu telah menjelma menutupi separuhnya.
Lepas shalat Jumat, siangnya saya dan teman saya — Faza Satria Akbar — berangkat ke Rumah Sakit Cicendo. Saya masih belum tahu, bahwa satu-satunya pengobatan untuk kasus mata saya adalah operasi. Di sana, saya mendaftar kemudian menunggu. Saat giliran saya diperiksa, dokter memeriksa mata saya dengan teliti. Dokter di sini sangat ramah, pelayanannya pun bagus, ketika dokter bilang saya harus dirujuk ke ahli retina, saya mulai khawatir, terlebih tindakan harus segera dilakukan atau besar kemungkinan saya akan cacat permanen. Dokter memberikan beberapa rekomendasi ahli retina yang tersedia di kota Bandung.
Untung Faza mengerti benar jejak rute angkot di kota Bandung. Saya sangat terbantu saat itu. Maka, kami pun berangkat ke salah seorang dokter ahli retina rujukan dari dokter Cicendo tersebut.