Kopi di atas meja

Air Mata (Lagi)

Aku mengerti perasaan itu. Tentang hati yang susah membeku, diwakili oleh bulir-bulir air yang jatuh dari dua bola mata indahmu.

Kau mungkin bertanya, mengapa aku tahu padahal aku tidak mengalami? Maka aku menjawab, karena hati kita saling terhubung. Apa yang kau alami, aku pun merasa juga.

Maka, tidaklah elok kau menyimpannya sendiri. Aku tahu hati manusia terkadang seluas samudera, tetapi palung terdalam di dalamnya pun memiliki batas.

Marilah kita duduk satu meja. Mari saling menyeruput kopi pahit ini bersama. Tak perlu memasukkan gula, apalagi garam yang akan mengganggu rasa. Biar kita saling menatap serta membuka hati. Dan dari bibir-bibir mungil itu seluruh cerita dimulai.

Babak manakah yang tak kau rasa pantas? Lantas mencoba mencari seluruh hikmah yang mungkin terlewat namun tetap alpa, hingga kau pun mengutuk-ngutuk Tuhan yang ada di atas langit sana.

Ceritalah. Jangan ragu, ceritalah.

Baca Selengkapnya

Error Initramfs

Otomatisasi Server Linux: Mematikan Server ketika Mati Lampu

Server temanku si Faza kembali berulah lagi. Apa pasal? Ternyata karena servernya tidak dipasangi UPS untuk menjaga server tetap hidup selama pemadaman listrik. Alasannya, UPS cuma bertahan sampai 30 menit sedangkan pemadaman listrik berlangsung hingga lebih dari 3 (tiga) jam.

Nextcloud
Nextcloud

Jadi, temanku di kantornya menggunakan sebuah server untuk penyimpan semua pekerjaan arsitek, engineer dan drafter untuk berbagi pakai di internal jaringan mereka. Beberapa waktu yang lalu, aku menginstalasi server tersebut dengan distro GNU/Linux Ubuntu Server 18.04 LTS. Di dalam server tersebut aku tanamkan aplikasi Nextcloud agar server tersebut bisa berfungsi selayaknya Dropbox atau Google Drive, namun hanya di dalam jaringan intranet.

Baca Selengkapnya

Lagu Tentang Hujan

Lagu Tentang Hujan

Hujan turun. Lantas aku menutup mata. Mendengarkan tiap syair dari air yang terjun ke bumi. Tentang angin yang bertabrakan, antara air dan daun yang saling berpelukan. Tanah basah. Aku mendengarkan kisah mereka, tentang rindu yang tertahan. Membumbung ke atas lantas terikat. Sampai, mereka melepaskan apa yang telah lama disimpan.

Setiap orang mulai berlari. Meninggalkan basah yang mulai menyapu. Mengangkat tangan menutupi kepala, melangit langkah mencari teduh. Aku mendengarkan kisah mereka, tentang jiwa yang tak ingin terusik. Terganggu roman lain yang mencoba mencari tempat. Satu bait dalam episode hidup. Satu detik dari berjam-jam yang sia.

Guntur pun hadir. Pekik di langit yang telah lama basah. Kilat-kilat yang hadir di awal, laksana ramalan bahwa gelegar gaduh akan tiba. Aku mendengarkan kisah mereka, tentang suara-suara yang lantang, namun senyap dalam kebisuan. Seperti mereka yang tuli, mendengarkan suara tanpa nada, melihat bibir yang bergerak, tetapi yang terdengar cuma diam.

Baca Selengkapnya

Aplikasi Finansialku

Pengalaman Belajar Investasi Reksadana

Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Sabtu (3 November 2018) aku mengikuti seminar terbatas tentang Reksadana Untuk Pemula yang diadakan oleh start up fintech baru bernama finansialku.com. Dari sana aku baru mengerti apa itu reksadana, risk dan return, serta mengapa menjadi pilihan investasi untuk masa depan. Sebelumnya, aku pernah mendengar sekilas tentang reksadana karena Ayahku menggunakan salah satu instrumen tersebut untuk berinvestasi, tetapi pengetahuan itu cuma sebatas tahu bahwa reksadana hanyalah semacam kumpulan gorengan saham yang disatukan untuk meminimalisir risiko jika ternyata salah satu saham anjlok.

Baca Selengkapnya

Source: coworkinginsights.com

Ternyata Perempuan

Well, sebenarnya selama di sini (Bandung .red) aku sering mengalami shock culture. Banyak hal yang tidak kujumpai di daerah asalku namun aku dapati di sini. Salah satunya adalah tatto dan perempuan perokok. Di daerahku, jarang sekali aku menemukan kedua hal tersebut.

Di postingan kali ini aku tidak akan bercerita tentang kedua hal tersebut, tidak. Melainkan sesuatu yang aku alami dan merasakan shock.

Jadi, sekarang aku berkantor di salah satu coworking space di kota Bandung, tepatnya di Postcard & Cafe di Jl. W.R. Supratman. Kantorku bisa dikatakan sebagai startup yang baru merintis, jadi kita belum memiliki kantor tetap. Awal aku kerja (sekitar pertengahan Januari 2018), kita malah berkantor di sebuah kafe di sekitaran Jl. Burangrang, kita berkantor di Caffe Kopitera. Modalnya cuma segelas minuman dan cemilan, dan betah nongkrong dari jam 11 pagi sampai menjelang magrib. Kadang aku teringat di daerah asalku, di sana juga orang kerja di kedai kopi dengan modal segelas air. Jika di sini segelas air dihargai mulai 20rb maka di tempatku cuma 8rb dan bisa bertahan bahkan sampai hari berganti. Hahaha…

Baca Selengkapnya