LUGU

Kamu tidak bodoh ben, kamu hanya lugu… terlalu lugu.

Aku tak menghiraukan kata-katanya, tetap duduk melingkarkan tanganku pada lutut yang tertekuk. Separuh wajahku ngungsep dalam lipatan tangan berpangku pada lutut, hanya menyisakan sederet mata letih yang memandang aliran deras sungai.

Aku menarik nafas panjang, terlalu panjang rasanya untuk satu hirupan nafas, bagai bertualang rasanya ketika aliran oksigen bercambur uap air itu memasuki hidungku lalu menjalar dalam tenggorokku, berlalu cepat menuju paru-paruku dan dengan begitu cepat darah merampasnya, memperkosanya ke seluruh tubuh lalu nafas sisa kubuang. Satu hembusan yang panjang untuk sebuah kimia karbon dioksida yang kuhadiahkan kepada semesta.

“Terlalu lugukah aku?”, batinku sesak.
Baca Selengkapnya

Manusia Itu Berubah, TERAMAT CEPAT

Saya suka tersenyum ketika melihat anak-anak kecil, terkadang sambil berpikir; “Jika mereka dewasa, takdir seperti apa yang akan mereka tapaki ?“.

Hidup ini selalu berubah, terlalu cepat berubah malah. Pernahkah kita luangkan waktu sejenak untuk menatap masa lalu? Menatap masa kecil kita, menatap kembali saat-saat kita berusia tanggung, menatap masa-masa kita mulai belajar arti sebuah kedewasaan.

Teman-teman sering berkelalar, “Ben, kamu itu ga berubah ya dari dulu-dulu“ atau “Ben, kok kamu tuh masih macam kanak-kanak ?“. Jika saya menoleh ke kanan-kiri, ternyata mereka memang tidak berbasa-basi. Saya memang belum mampu untuk menjadi dewasa. Hidup dalam kemanjaan membuat saya selalu ingin dimanja, dan satu yang saya sadari bahwa terlalu berat rasanya meninggalkan kemanjaan itu.
Baca Selengkapnya

Long Long Ago

Iseng-iseng saya membuka buku-buku lama waktu MTsN (setingkat SMP .red) dulu. Lucu, itu kesan saya. Sedikit-sedikit saya mulai cekikikan, ada aja tingkah saya selama MTsN dulu.

Buku yang saya buka ini adalah buku diary saya dulu, namun tidak seperti diary pada umumnya. Saya lebih banyak menulis cerita di sana, puisi, bahkan cerita berantai dan teka-teki untuk dipecahkan oleh teman-teman. Namanya juga masih anak-anak tanggung, jadi teka-tekinya ya ngasal dan hanya saya sendiri yang mampu menebak. Lalu ada teka-teki yang harus diselesaikan dengan berkeliling sekolah, semuanya ingin menjadi bak detective. Kalau tidak salah, dulu awal-awalnya muncul komik Detective Conan jadi teman-teman saya selalu berusaha menjadi detective dan saya yang membuat teka-tekinya.

Nama-nama tokohnya juga nama teman-teman saya, namun tetap saja nama tokoh pahlawannya tidak jauh-jauh dari Beni, Baiquni, dan nama-nama yang berhubungan dengan saya. Namun nama tokoh-tokoh kriminilnya saya ambil dari nama-nama teman saya, seperti Ghaffar, Mahadhir, Edi, Irvan, dll.

Baca Selengkapnya