Beberapa hari ini aku merasa menjadi munafik. Mengapa? Karena ada banyak janji yang tidak bisa kupenuhi dan aku terus berjanji.
Sore kemarin, Ibnu telepon apa aku bisa bertemu dengannya di mesjid Oman selepas Ashar? Aku iyakan dengan menjawab iya. Namun apa yang terjadi? Karena terlalu asik menonton film “The Blind Side” aku terlupa untuk pergi ke mesjid dan shalat berjamaah di mesjid Oman. Film selesai dan aku melihat jam sudah pukul 16:00 lewat. Aku sadar namun aku menunda.
Sadar hal tersebut, selesai shalat aku menelepon Ibnu namun ternyata terjadi masalah jaringan. Telepon tidak diangkat dan terus bernada sibuk dan mengatakan bahwa Ibnu tidak dapat dihubungi. Baru setelah beberapa lama, setelah aku berada di Aceh IT Center, aku dapat menghubungi Ibnu.
Aku kecewa sekali dengan diriku sebagai seseorang yang tidak mampu menepati janji. Aku merasa, aku ini munafik.
Persoalan kedua adalah laptop Zuhri. Aku menyanggupi untuk memperbaiki laptop Zuhri dan memasukkan antivirus ke dalamnya. Sudah beberapa hari temanku tersebut mengeluh bahwa laptopnya banyak virus. Kasihan juga aku.
Sore tadi, ketika Ibnu tidak dapat kuhubungi, maka aku berinisiatif pergi ke Aceh IT Center, mencoba wifi di sana untuk mendownload antivirus. Aku ke sana juga diajak oleh bang Farhan, dan kali ini aku tidak terlalu berjanji karena sadar telah membuat konsekuensi terlebih awal dengan Ibnu. Aku ingin segera menyelesaikan memperbaiki laptop Zuhri, aku rasa dia sangat membutuhkan laptop tersebut.
Lagi-lagi ujian datang. Internet di Aceh IT Center mati. Kecepatan 3 Mbps yang selama ini sering aku gunakan ketika berada di sana mati. Salahnya ada di koneksi jaringan telkom speedy. Aku tak tahu apa masalahnya mengapa sampai internetnya mati.
Tanggal 31 Agustus adalah batas terakhir mengajuan berkas pembimbing makalah. Aku berencana mengganti pembimbing makalah dengan seorang dosen yang kemarin memberikan aku judul makalah. Karena telah mengajukan rancangan proposal makalah, maka ketua bidangku memberikan aku dosen yang berbeda dengan yang aku inginkan. Aku bingung. Di kampus, ada isu bahwa makalah sekarang tidak diseminarkan namun hanya menjadi mata kuliah biasa, namun mengapa tetap meminta pengajuan pembimbing?
Intinya, mulai Senin sampai Selasa aku akan fokus mengurus segala keperluan dan ini berarti aku tidak akan menyentuh laptop Zuhri. Aku kembali memundurkan hal yang telah kujanjikan: mengurus laptop itu secepatnya.
Dua alasan di atas sudah cukup bagiku pagi ini merenung bahwa aku ini munafik. Seseorang yang ketika berjanji, tidak mampu menepati.