Manusia dan Luka

Tuhan kadang sering bercerita lewat luka-luka. Terkadang, ada banyak kisah indah yang ditoreh dari luka yang menganga. Dan kadang, kenikmatan bisa menjadi tabu ketika yang tersisa cuma rasa sakit dan penderitaan tiada berkesudahaan.

Aku teringat tentang kisah Musa. Bagaimana dia diutus menjadi seorang nabi dan rasul setelah sebelumnya melakukan sebuah dosa. Musa telah membunuh seorang manusia.

Musa panik. Lantas dia berlari keluar Mesir hingga sampailah dia kepada gerombolan manusia, di mana ada anak Syuaib di sana. Dia menawarkan bantuan, lantas anak Syuaib pun terpikat. Dari sebuah dosa, Musa mendapatkan tempat baru atas segala penyesalannya.

Dan pada suatu hari, di sebuah gunung Tuhan mengangkat Musa ke derajat yang paling tinggi. Tuhan menjadikan Musa sebagai nabi dan rasul-Nya.

Musa adalah seorang pendosa. Penyesalannya. Pertobatannya. Tuhan meridhai, dan mengangkatnya kepada derajat tertinggi.

Tidak ada manusia yang lolos dari dosa. Hanya karena kebaikan Tuhanlah, ada beberapa manusia yang Tuhan hapuskan dosa-dosa mereka. Bukankah manusia diciptakan sebagai makhluk lemah, mereka yang menikmati dosa-dosanya. Bukankah manusia adalah makhluk yang khilaf, namun manusia selalu belajar untuk tidak terus terpuruk ke dalam dosa-dosanya.

Tuhanku adalah Tuhan yang teramat indah. Dia menutupi dosa-dosa para hamba-Nya. Maka celakalah. Celakalah hamba yang malah bangga dan mengumbar segala dosa yang pernah dilaluinya. Celakalah mereka yang menikmati dosa dan tiada pernah memiliki keinginan untuk kembali lurus ke jalan-Nya.

Kadang, ketika kita melakukan dosa, kita begitu terpikat. Kita begitu terlena dengan segala dosa yang mengitari kita, hingga pada suatu ketika akan muncul rasa jijik yang tiada berkesudahan atas segala dosa masa lalu yang pernah terbentuk.

Ingatlah kawan. Saat itu adalah saat Tuhan teramat mencintaimu. Dia lembutkan hatimu dengan bayangan betapa kotornya dosa. Dia teguhkan hatimu dengan bayangan betapa kejinya kehidupan kita. Segala Dia lakukan agar engkau kembali kepada-Nya.

Sungguh. Tuhan tiada pernah berlari darimu. Dia selalu memantaumu. Dia selalu melihatmu. Lewat tangan-tangan lembutnya dia berbicara denganmu. Lewat kitab-Nya dia bercerita tentang cinta-Nya. Dan lewat murka-Nya Dia mengingatkanmu.

Jika telah demikian, apakah engkau akan tetap lupa?