Kentut!

Mungkin, jika dibuat suatu diagram statistik, maka laju pertumbuhan kentutku minggu ini melonjak dibandingkan dengan minggu-minggu sebelumnya. Tidak tahu mengapa, beberapa hari ini aku sering sekali kentut, dan *maaf* kadang malah bersuara nyaring. Untung, hal itu terjadi di dalam kamar atau saat duduk-duduk bersama keluarga. Parahnya adalah saat aku di luar dan bersama teman-teman, saat “itu” hendak keluar aku harus ekstra hati-hati untuk mengeluarkannya dari pintu belakang.

Aku heran. Kenapa manusia benci dengan kentut? Seperti, merasa tidak sopan jika ada manusia yang lain kentut di depan orang-orang. Padahal, kentut itu manusiawi. Bahkan, saat orang baru selesai operasi, dokter sering bertanya suatu hal yang tabu, “sudah kentut?

Jujur. Aku tidak pernah ingin kentutku itu berbunyi nyaring, atau merusak konsentrasi orang-orang dengan baunya. Tetapi, kentut adalah sesuatu hal yang tidak bisa ditolak. Dia datang tanpa diundang, pergi tidak diantar. Bahkan, semua aneknot tentang cinta diumpamakan seperti kentut, “cinta itu seperti kentut, ditahan sakit perut, dikeluarkan bikin orang ribut.

Bagi seorang akademisi, tidak seperti orang awam pada umumnya. Mungkin, kentut bisa menjadi salah satu telaah tersendiri untuk dipelajari. Membuat thesis, antithesis, serta synthesis tentang kentut, apa itu dan bagaimana, serta telaah mendalam berkenaan dengannya.

Aku yakin. Kentut pun adalah salah satu nikmat Allah yang patut kita syukuri. Manusia, tidak akan memiliki kebahagiaan tanpa ketut dalam seminggu. Bahkan, orang-orang yang masuk angin, bersusah payah menggosok minyak diperutnya demi satu tujuan: kentut!

Marilah sama-sama kita mulai mengubah point of view kita tentang kentut. Dia bukanlah sesuatu hal yang tabu dan jorok. Karena kentut adalah bagian paling alamiah dari manusia.