Terkapar Rindu

Lelaki terkapar. Memandang langit. Berusaha melukis rindu.

Badai ini tidak datang untuk pertama kali. Mengapa tidak mengeja masa lalu, ketika badai yang sama terbit dan bagaimana engkau mengeja langkah. Meminta jejakmu tetap tegak dengan kaki kokoh menopang segenap gundah.

Semalam, gundah semakin gulana. Berpuluh-puluh lembar mushaf terbuka, namun gundah belum juga hilang. Lelaki seperti hendak gila.

Mungkin beginilah Majnun, ketika digilakan oleh Layla. Atau beginilah Zulaikha yang begitu rindu kepada Yusuf pujaannya.

Bahkan Rahwana pun mengecap cinta. Bahkan karena cinta itu, dia rela bersitegang dengan para dewa. Bukankah Rama itu avatar? Perwujudan Wisnu. Sesuatu yang jika kontra dengannya akan kalah, namun Rahwana tak peduli.

Aku lelaki, bingung. Akukah Rahwana? Atau aku ini Majnun, atau mungkin Zulaikha.

Ini gila. Semakin gila!

Lelaki jatuh. Terkapar rindu.