Sujud

Menatap Ke Dalam

Mungkin aku adalah manusia paling buruk yang pernah hadir di dunia ini. Tentang langkah yang semakin hari semakin pengkor, tertatih menyusuri seluruh duri dan kerikil yang tersebar. Belum lagi tentang lumpur yang melekat dan menjadi liat, juga lumut yang melicinkan seluruh jalan. Berkali aku tergelincir. Berkali pula aku mengulang seluruh kesalahan oleh langkah yang tergesa. Aku adalah manusia yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin.

Hatta, masih saja aku mengurusi jalan orang lain. Meneriakkan mereka tentang buta yang menutupi. Membisikkan mereka tentang kerikil-kerikil yang menjelma duri.

Aku belum lagi khatam menatap ke dalam, lantas mengapa aku harus membaca yang lain. Seperti engkau membuka beberapa bab sebuah novel lantas mencampakkan dan mencari lembaran baru dari novel yang berbeda. Akhir yang kau cari tak juga ditemukan.

Pertanyaan — tentang siapa aku — terus saja mengalun tanpa henti. Pertanyaan tentang akhir yang dinanti atau tentang tujuan dari semua kisah hidup ini. Sebenarnya, apa yang sedang aku cari?

Semakin aku melihat ke luar, semakin aku kehilangan arah. Rambu-rambu saling sikut memberi pesan. Para pemandu saling seruduk menyalahkan, berteriak membabi-buta, memaki tanpa henti, mengacungkan jari dengan mulut terbuka dan urat meninggi. Berbagai pesan yang masuk membuatku bingung. Semakin mengaburkan tentang arti sebuah perjalanan: tujuan.

Menatap ke dalam. Liku jalan yang terlihat juga tidak lebih mudah. Ada berbagai perang di sana. Seketika aku menutup mata, menyumbat telinga, maka segala perang yang terjadi semakin terdengar dan terlihat jelas. Suara-suara entah datang darimana. Pikiran-pikiran yang tidak juga hendak jemu untuk jeda. Kekacauan di dalam diri.

Ternyata perjalanan ke dalam seperti sebuah anak tangga. Engkau memperbaiki banyak hal dari setapak yang dilalui. Tentang manusia, diri sendiri, dan alam. Bukanlah hal mudah menjadi manusia baru dalam sekejap pandangan. Adalah proses yang menuntunmu, memperjalankanmu, memandumu. Pun aku, yang merasa telah tinggi namun ternyata busuk di sana-sini.

Berhentilah sejenak. Abaikan segala rambu. Tutuplah telinga dari seluruh pemandu. Menataplah ke dalam: karena di dalamnya, ada engkau yang sesungguhnya.