ketemu eka

kemarin, tepatnya tanggal 1 juli saya bertemu dengan sahabat yang selama ini hanya contact melalui mobile phone. Dia EKA.

Awalnya agak sulit juga, karena padatnya jadwal kuliah saya makanya saya baru dapat bertemu eka waktu jam 13:45. Hufff…. agak deg-degan juga, soalnya di HP saya sering banget ngejek eka, mulai dari mirip kelinci, gendut, dll etc soon.

Tapi segalanya berbeda dari persangkaan. Eka ternyata enak juga diajak bicara walo awalnya agak canggung :-). Dan yang beda lagi, ternyata eka ga terlalu mirip dengan yg di foto friendster. Eka yang asli lebih memancarkan inner beuty seperti kata heri dan juga lebih hitam.

Ahh… eka temen ku yang baik.

Eka yang udah balik ke rumah ortu ternyata ga kalong lagi kaya waktu masih kost di USU. Beni jadi ga ada temen bicara lagi neh…. ah… insomania keparat !!!

Eka… beni bingung, bener-bener bingung mo kasi hadiah apa untuk eka, soalnya dulu waktu eka di Medan kan kita pernah janjian mo tukeran kado ULTAH.

Beni dalam sms selalu tanya ke eka, eka mo kadi apa tapi eka ga mau jawab. Malah pertanyaan selalu ngelantur ngolor kidul, huehehehehe…..

So, eka masih tahajud sekarang selama di Aceh, soalnya eka kan ga insomania lagi. Kalo beni seh pengen tahajud tapi… beni kan belom tidur so gimana mo tahajud.

Punya temen itu ternyata menyenangkan, apalagi temen yang mampu membuat tiap bekam beku, tiap rasa hampa, tiap beku kerinduan mencair.

Punya temen, apalagi bisa buat curhat ternyata enak banget….

Eka, jangan bilang ma sapa-sapa ya apa yang pernah beni ceritain ke eka… huhehehehee….

🙂

hanya salah jalan

Dunia ini berbeda pada setiap orang.
Dunia ini berbeda pada setiap orang.
Dunia ini berbeda pada setiap orang.

Beda manusia beda perspektif, jangan mencoba menghakimi. Itu yang selalu ku kecam-kan dalam hati, namun hari ini semuanya terasa begitu berbeda.

Temanku dari sms-an tadi pagi mengirimkan sms yang membuat bulu kudukku berdiri, yang membuatku menjadi begitu lemah, yang membuatku menjadi begitu rapuh. Ada mereka yang begitu lebih tergoda dari diriku.

Awalnya dia bertanya “mungkin ga seh hamil kalo ga melakukan hubungan intim ?

Awalnya saya menanggapinya dengan santai dan sedikit ketakutan yang tak beralasan. “Mungkin” jawabku.

Lalu dia tersentak kaget dan menceritakan bagaimana semua terjadi begitu cepat. Dia belum melakukan hubungan sex, namun hanya sex-oral.

Diri ini benar-benar terkejut. dari mual, rasa bersalah semua bercampur. Namun pikiran jangan menghakimi terus terbayang. Tiap manusia berbeda dalam memandang, jangan disama-ratakan. Tetapi… ini ?

Aku benar-benar dalam kekalutan. Pertama dalam kekalutanku, aku mencoba menghubungi eka, namun tidak diangkat… hanya terdengar nada sambung pribadi… lalu aku berpikir, mungkin eka sedang mempersiapkan diri untuk ujian. Kemudian arah bantuan kucoba alihkan ke lia, dan telepon pun terangkat.

Lia, tau ga akhwat yang bisa conseling ?” tanyaku terburu-buru.

Hmm… mungkin kak ****** ” jawab lia

Ada no hp dia ga lia ? tolong. Ada kawan yang membutuhkan” sambungku

081269xxxxxx” lia memberikan nomer akhwat tersebut.

Kini bertambah lagi masalah, aku bingung. Apa temenku itu hanya bercanda atau tengah dalam keseriusannya. Aku tak tahu. Lalu bagaimana menghubungi akhwat ini ? Apa yang harus kukatakan ?

Aku benar-benar dalam kebingungan mutlak.

Seharian aku terus memikirkan sms temanku itu, seharian aku berada dalam rasa mual yang tak terhingga, seharian aku menggigil ketakutan, seharian aku mengenang dosaku.

Aku yang belom pernah pacaran, aku yang belum pernah menyentuh gadis, aku yang selalu tertunduk saat berhadapan dengan wanita baru kali ini mendapatkan kasus yang begitu besar, paling tidak buatku.

Aku bingung Tuhan, aku bingung. Aku dalam kebingungan yang nyata.

Kemana diri ini bagimu Tuhan. Dari mana timbul rasa jijik ini ?

Tuhan… bebaskan lisanku dari kekeluan.

Yah, nanti malam aku akan menghubunginya. Menghubungi temenku yang telah salah dalam melangkah. Aku bukan mereka yang suci Tuhan, namun aku harus mengingatkan.

Ijinkan aku berbicara Tuhan, mewakilimu walau hina diriku.

Berikan aku setetes saja rasa wibawa, aku ingin menunjukinya sesuatu yang berbeda. Menunjukinya sesuatu yang telah lama hilang. Dia yang dicari tapi tak pernah hilang. Menunjukkan nurani yang indah dan menenggelamkan dalam cinta-Mu.

Tuhan… aku begitu benci, bukan pada dirinya, tetapi pada diriku sendiri. Andai aku mampu Tuhan, kan kuberikan segalanya. SEGALANYA.

Bantu aku Tuhan, Allah Semesta Alam.