Cinta butuh memahami? Pasti!
Entah mengapa rasanya aku ingin menulis tentang cerita ini. Bahwa, cinta terkadang berjalan cuma satu arah. Betapa pun kita mencintai seseorang dengan secinta-cintanya, namun kadang orang yang kita cintai tiada mampu membalasnya, bahkan merasa risih.
Betapa pun orang tua kita mencintai kita, terkadang kita membalasnya dengan sekedar. Bahkan tidak jarang kita lebih mencintai orang yang baru kita kenal daripada mereka yang selama ini mengasuh kita sedari kecil. Kita sering merasa ogah-ogahan melakukan apa yang orang tua kita minta, tetapi untuk mereka yang bahkan baru kita tahu, kita menjadi sangat bersemangat luar biasa.
Apa kurang Tuhan memberikan kasih sayang-Nya kepada kita? Sudahkah kita membalasnya? Bahkan mengingat Tuhan saja kita jarang. Kita sering sekali alpa. Tuhan tidak pernah membenci, tetapi kitalah yang menciptakan rasa benci.
Sungguh, cinta teramat membutuhkan untuk memahami, dan dipahami.
Tadi, sebelum talkshow di radio Seulawet 91fm, aku berbincang-bincang dengan temanku. Entah mengapa, topik bahasan kami adalah tentang cinta. Kami tiba-tiba saling mengkaitkan kata tentang seseorang, seseorang yang aku sayangi namun bagi dia sosok tersebut teramat mengganggu. Mengapa?
Temanku bercerita, ketika dia sakit, sosok itu menelepon teman satu kelompok dengan temanku tersebut. Bertanya bagaimana kesehatannya. Begitu perhatiannya dia. Aku kata, “itu karena dia mencintaimu, mengapa tidak kau terima saja dia, toh dia sudah punya pekerjaan.”
“Enggak ah, udahlah Beni, ga usah ngomongin itu lagi.” Jawab temanku itu.
Entah mengapa, bagi temanku itu, sosok yang selama ini teramat mencintainya itu dianggapnya bagai psikopat. Padahal aku merasakan benar bagaimana sosok itu mencintai temanku itu dengan teramat cinta, teramat sangat. Jika aku menjadi temanku itu, mungkin aku akan menerima cinta dari sosok itu. Karena, terkadang kita sering sekali mampu mencintai, namun jarang sekali dicintai.
Namun yang disayangkan. Hubunganku dengan sosok itu menjadi renggang, prasangka-prasangka tentang aku mencintai temanku itu disangkarkan di otaknya. Padahal, sedari awal, aku tidak seperti yang dia tuduhkan.
Ketika dia bertanya dengan duga, mengapa aku lebih membela temanku itu? Sudah aku jelaskan, kepada temanku itu malah aku membela dia. Aku tidak ingin menjadi penjilat. Aku memberikan sebuah suduh pandang sebagai orang yang ikut merasakan. Apa-apa yang temanku itu cerita, apa yang dia sampaikan, walau dengan segel “jangan beritahu dia” tetap aku utarakan. Dengan satu tujuan: agar dia mengerti, agar dia memahami.
Cinta butuh memahami.
Itulah alasan mengapa aku membuka lebar tanganku ketika Taman Surga hendak pergi. Sedari awal sudah aku katakan: “tidak peduli pria apapun di depanmu yang engkau ikuti, aku akan berdiri di belakangmu menyokong.”
Dan kerinduan itu memang teramat hebat. Karenanya, setiap diperputaran 13 April, aku mengirimkan doa. Agar Tuhan selalu bersamanya.
Karenanya, ketika aku mulai mencintai seseorang, aku mulai belajar memahami mereka. Yang bahkan, terkadang apa yang mereka rasakan ikut aku rasakan. Kebimbangan, kekakuan, kerinduan, aku merasa ikut menanggung semua itu.
Terkadang sakit sekali hati ini ketika orang yang kita cintai bercerita tentang orang-orang yang pernah mereka cintai. Untuk semua itu, aku belajar tersenyum. Aku berusaha memahami, bahwa dalam setiap hidup ada memori-memori yang menjadi setapak jejak dalam perjalan ini. Aku belajar memahami, ada sesuatu yang memang boleh disimpan, tanpa harus dicemburui.
Ketika kita mencintai seseorang. Kita belajar menerima segala kelebihan dan kekurangannya. Jika kekurangan itu mampu kita susupi ya berarti itu adalah anugerah bagi kita. Jika tidak, mengapa kita tidak mencoba belajar lebih sabar?
Kelak jika suatu hari engkau berada dalam fase mencintai, belajarlah mencintai seutuh hati dan belajar memahami. Namun ketika engkau sedang dicintai, itu adalah masa ketika engkau harus menjadi lebih memahami. Terkadang, kita selalu ingin dimengerti tanpa mau untuk mengerti.
Ketika kita sedang jatuh cinta, kita berharap dengan harapan yang sama. Kita meminta cinta kita diterima dengan lapang dada tanpa mau mengerti bagaimana dengan orang yang kita cintai itu.
Begitu pula ketika kita sedang dicintai, namun kita tak mencintainya. Kita menjadi egois. Kita lupa bahwa mereka yang mencintai kita menghabiskan beribu energi untuk memikirkan kita. Terkadang kita memang begitu teramat lupa.
Apapun posisimu. Pahami ini: CINTA BUTUH MEMAHAMI.