Mereka Yang Berjuang

Menjadi tenang di tengah kegundahan bukan perkara mudah. Tentang hati yang bergejolak, bergemuruh laksana ombak di tengah badai. Tak ada kapal yang mampu tenang, kecuali doa yang terus dirapalkan untuk seluruh keselamatan perjalanan. Demikian juga hidup. Menjadi tenang di tengah seluruh masalah yang bertubi datang, di seluruh kisruh yang bertubi datang, bukanlah sesuatu yang mudah untuk dicapai.

Beberapa hari yang lalu, aku pun gaduh. Hatiku tak tenang, mengetahui seorang temanku berada dalam seluruh kegalauannya, juga kepasrahan. Beberapa kali aku mendengar tercetus rasa ingin menyerah dari bibirnya. Beberapa kali pula aku tak tahu harus berkomentar apa kepadanya. Namun aku bahagia, tidak surut langkahnya menyerah di tengah kesendirian. Jika aku adalah dia, mungkin telah jauh hari aku berjalan mundur dan menutup seluruh pintu. Melarikan diri dari seluruh kebuntuan.

Aku bahagia. Kehidupan dan waktu telah banyak menempanya menjadi tidak mudah menyerah. Menempanya menjadi sosok yang lebih bijaksana daripada biasanya. Tentang manusia yang terus ingin berjuang, menjadi lebih baik dari hari-ke-hari. Sungguh, aku ingin berada di sampingnya, menjadi mereka yang terus menatap segala anak tangga capaian yang mampu ditapakinya.

Baca Selengkapnya

Di Ujung Batas

Di Ujung Batas
sumber: agungdwisusanto.blogspot.com

Setiap lelaki itu melirikku dengan ekor matanya, tepat saat mata kami saling berhadapan sesudahnya, dia selalu bertanya, “Apa yang kau cari?

Dan, aku pun selalu sama, hanya terdiam. Bingung. Abstrud. Terlalu mengambang. Aku tak tahu harus menjawab apa. Untuk jawaban yang sederhana pun aku tak mampu, apalagi sebuah jawaban rinci tentang hal sederhana yang selalu ditanyakannya itu.

Apa yang aku cari?

Aku sebenarnya sedang mencari “aku“. Aku yang sebenarnya tidak hilang, namun “aku” yang belum lagi ditemukan.

Aku sebenarnya sedang mencari “aku“. Aku yang sebenarnya merdeka, namun sekarang “aku” lagi diperbudak.

Kapan kita pernah sadar, bahwa sesungguhnya kita sedang diperbudak. Diperbudaki oleh keinginan-keinginan kita. Dicambuk oleh angan-angan kita. Diduduki oleh napsu keduniawian kita. Sadar?

Baca Selengkapnya