Menjadi Akuntan Sehari

Hari ini badanku pegel-pegel, kebanyakan duduk dengan cara bungkuk di depan laptop buat ngetik laporan RAT koperasi mamak.

Aku yang jadi tukang ngetik keluarga dan Ayah yang menjadi akuntan sebenarnya. Hehehe. Berbicara akuntan aku jadi teringat Aik, kawanku yang besar seperti cumi-cumi. Dia bekerja banting tulang, muter otak sebagai akuntan publik. Ternyata menjadi akuntan itu susah juga, apalagi harus memeriksa begitu banyak transaksi. Ini baru transaksi di sebuah koperasi simpan-pinjam, belum lagi yang lain.

Kukira menjadi seorang akuntan itu mudah, ternyata tidak!

Berarti sama aja susahnya antara menjadi engineer dan seorang akuntan, sama-sama susah. Di kelompok sekolahku waktu SMU dulu, kami suka sekali menyepelekan orang-orang yang kuliah di bidang ekonomi. Bagi kami mereka masuk ke ekonomi karena tidak berhasil mengenggam fakultas teknik atau kedokteran. Beberapa memandang sebelah mata.

Walau fakultas ekonomi di sini grade A, tetapi tetap saja menjadi pilihan nomor dua setelah kedokteran ataupun teknik. Aku sendiri tidak pernah tertarik dengan kedokteran, aku cuma tertarik dengan dunia teknik. Awalnya yang kusuka itu adalah teknik informatika atau teknik elektro, namun takdir mengharuskan aku menggeluti mesin. Dan engkau tahu teman, ternyata teknik mesin itu 2x lipat susahnya daripada teknik-teknik yang lain.

Memang teknik berkaitan erat dengan hitung-menghitung, dan kedokteran dengan hapal-menghapal. Namun sejatinya seorang akuntan membutuhkan lebih daripada itu. Mereka membutuhkan ketelitian setiap sen duit yang mengalir dari transaksi-transaksi, dan harus memiliki insting apakah suatu transaksi itu pantas.

So, bagi kamu yang selama ini meremehkan mereka yang bergelut di bidang ekonomi mulai harus menjilat kembali ludahmu. Kadang-kadang beberapa orang suka berkelakar, nasip nasakom di teknik sama dengan nasip IP 3 koma ke atas di ekonomi. Benarkah demikian? Jawabannya adalah SALAH !!!

Beberapa kali aku sempat salah dalam membubuhkan nilai, sehingga akupun bingung hasil yang kumasukkan di excel berbeda tipis dengan hasil yang diberikan dalam kertas kerja Ayahku. Ternyata memang aku yang salah. Kurang 500 saja bisa mengganggu aktiva-pasiva dalam tabel-tabel perhitungan.

Fyuh. Akuntan merepotkan. Ingatkan aku untuk tidak memilih ini sebagai profesi. JANGAN SAMPAI !!!