Pada beberapa orang aku bertanya, “apa yang kalian lakukan ketika rasa bosan datang menyerang?”
Beberapa memberikan saran:
– coba lakukan hal-hal yang baru,
– ajak teman-temanmu bermain,
– tidur lantas berkhayal tentang keindahan,
– membaca terjemahan bahasa Inggris,
– memasak,
– dll.
Intinya adalah lakukan sesuatu yang membuatku tidak bosan. Sayangnya ketika bosan aku cenderung malas, dan merasa mudah sekali menyerah. Aku pun mencoba meng-sms beberapa teman, namun sepertinya mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri. Tidak ada yang bisa diharapkan.
Tidak ada? Tidak juga. Beberapa dari mereka yang sudah memberiku saran, mereka walau tidak disadari telah membongkar sedikit rasa bosan itu untuk pergi. Aku menemukan kehangatan dari percakapan dengan mereka. Aku menemukan kesenangan, walau cuma sms balasan ringan tentang apa yang mereka lakukan.
Mengetahui apa yang sedang mereka lakukan, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan, cukup membuat aku bahagia. Namun, tidak setiap orang seperti aku.
Terkadang, banyak sekali orang yang merasa jengah jika mengetahui apa yang orang lain lakukan. Seringnya, ketika kita mengabarkan tiba-tiba “aku sedang ini, aku sedang itu” mereka mulai mengkerutkan kening dan berkata dalam hati, “what te hell?” Apa pula urusanku terhadap urusan yang sedang engkau lakukan itu. Terkadang, dan seringnya hal itu yang terjadi.
Aku mencoba mengabarkan rasa kangenku kepada seorang teman, namun respon yang aku dapatkan bukan seperti yang aku harapkan. Mungkin masing-masing telah memiliki kesibukan sendiri. Mengetahui itu, aku pun mundur, tidak ingin terlalu jauh ikut campur menganggu.
Aku kadang suka berpikiran aneh. Aku selalu merasa aku ini mudah sekali menjadi pengganggu bagi orang lain. Makanya, jika aku mendapatkan respon yang aku anggap negatif, aku pun segera mundur. Aku tidak ingin menjadi pengganggu bagi siapapun.
Kadang kala, setelah respon negatif itu muncul, maka terbitlah rasa bosan di dalam dada. Saat itu, aku merasa dunia ini begitu membosankan. Biasanya aku coba membuat status-status tentang rasa bosan, namun rasanya itu selalu gagal membuang bosanku. Semua orang tidak ada yang peduli dengan apa yang aku alami. Yang mereka pikirkan hanyalah apa yang terjadi pada diri mereka sendiri.
Aku egois. Begitu pun mereka. Masing-masing manusia egois dengan kebutuhannya.
Tadi siang aku menerima sms, tentang kakak seorang temanku yang menikah. Aku mengucapkan “barakallah” juga perasaan kangenku kepadanya namun aku lanjutkan bahwa aku tidak ingin mengganggunya lagi, karena dulu sekali aku pernah begitu mengganggunya dengan segala rasa bosan, energi negatif yang aku tumpahkan. Mungkin dia bosan dengan segala itu hingga aku pun memutuskan tidak ingin mengganggunya lagi. Aku tidak ingin mereduksinya dengan segala energi negatif yang aku miliki.
Jika telah bosan begini, aku mengharapkan seseorang datang. Mengajakku berbicara tentang segala hal hingga seutas demi seutas tali kebosanan aku urai agar aku menjadi lega. Hingga rasa bosan yang membungkus kembali tiada. Sayangnya, tidak ada orang seperti itu di dunia, atau mungkin hanya aku saja yang belum menemukannya.