Bukan Urusanmu Bukan Urusanku

Pacar someone who you know lah tiba-tiba meneleponku.

Baru bangun, dipaksa ngerjain sertifikasi guru oleh mamak, sedang ngenet, tiba-tiba aku di telepon.

“Kamu masih ingat aku?” tanya seseorang di seberang sana.

“Hah.. siapa?” Aku balik tanya saat sedang terkantuk-kantuk.

“Sedang apa?” Tanyanya lagi.

“Oh, sedang buat sertifikasi mamak.” Jawabku sekena.

“Ini aku, sang pangeran. Itu si nisa.” Katanya membahana membuatku tercekat, terjerambat, terseret arus.

“Oh iyaa… iyaaaa. Ingat.” Aku cengengesan sambil dag-dig-dug. Mati gw…

“Tadi aku ada baca blogs kamu. Kenapa kau menulis hal buruk tentang si nisa. Dia malu tahu, apa kamu tahu dia ngapain?” Komentarnya. “Katanya cinta, katanya sayang, masa jelek-jelekin dia?”

Deg… sumpah aku ga ada niat jelekin. Sumpah!

Owh… shettan, mungkin karena inisial yang kuberikan terlalu mudah ditebak. Hufff…

“Maaf kalo aku kasar.” Lanjutnya.

“Iya, akan saya hapus blogsnya.” Aku menyesal. Bukan karena blogs yang ku tulis, namun karena blogs ku telah melukai seseorang.

Sang pangeran berkata, yang tahu tentang dia tidak cuma aku tetapi juga teman-temanku. Terlebih aku menulisnya secara sebelah pihak, dari pihak seseorang yang amat ku percaya dan tidak mengkonfirmasi ulang kepada pihak si nisa.

Ini salahku! Aku memang patut disalahkan.

Bukankah Allah telah berkata, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujraat : 6)

“Apa kamu tahu kalau persepsi orang tahu bahwa seseorang wanita pulang malam-malam? Tapi apa kamu tahu dia kemana? Mungkin saja ada urusan keluarga.”

Wah… ternyata bisa malu juga. Tapi bener seh, kan sudah aku katakan sudut pandang kakakku yang berasumsi mungkin saja ada hal-hal penting yang tidak bisa dicegah, tapi jika memang tak ada urusan lainnya, sebaiknya lebih malulah kepada Tuhan daripada kepada semua orang.

“Apa kamu sudah tanya ke dia kemana dia pergi?” Tanyanya tegas.

“Belum, aku belum bertanya.” Dalam hati ku berkata, itu bukan urusanku.

Sudahlah Ben, itu bukan urusanmu. Bukankah kamu sudah berdoa? Cukup sampai batas sana kemampuanmu. Dan Allahlah yang menentukan surga dan neraka, BUKAN KAMU !

Bukan urusanmu, bukan urusanku!

Tapi ada sesuatu yang aneh, mengapa mereka membaca blogsku? Aku kira, cuma aku yang tersudut di sudut tidak diperhatikan dan hanya orang-orang yang sayang kepadaku saja yang membaca blogsku. Ternyata masih ada yang peduli, hehehe… cengengesan lagi.

Aku telah menghapus nama si nisa dari blogsku yang bermasalah itu, walau tujuanku itu bukan mendeskreditkan si nisa.

Kadang aku sebel, apa susahnya seh menulis komentar? Katakan yang tidak baik dari blogsku dan biarkan orang-orang menilai. Jika hanya ditelp, dan aku harus merubah-merubah-merubah dan merubah, owh shettan

Biarkan orang lain juga bisa merasa, aku bukanlah si sempurna. Aku ini bodoh, tak dewasa, dan selalu salah. Makanya, katakan dengan komentar, KATAKAN !!!

Sudahlah… ini bukan urusanku, bukan urusanmu.