Dilarang Boker!

Tulisan ini terinspirasi dari kejadian yang baru saja saya alami.

Rumah saya berlantai 2 dan saya kebetulan kena jatah kamar di lantai 2. Sesuai hukum fisika, air tidak bisa bergerak ke atas karena dicegah oleh gaya gravitasi. Agar air bisa naik ke atas, maka fluida (air .red) harus diberikan gaya maka diperlukan alat bantu yang bernama pompa: suatu alat yang mengubah energi mekanik menjadi tekanan untuk mendorong. Oleh karena itu setiap hari di rumah saya, pompa air selalu dihidupkan.

Di Aceh, ada sebuah problem dalam pendistribusian air. Air dari PDAM kadang suka mampet sehingga banyak orang menggunakan tambahan pompa agar air tersebut mengalir dengan lancar. Sialnya, mereka yang tidak menggunakan pompa otomatis tidak akan kedapatan air.

Pengalaman buruk tersebut membuat Ayahku berpikir. Dia tidak ingin menyulitkan orang yang tidak ada pompa harus kesulitan dalam kebutuhan airnya di siang hari, maka akhirnya Ayah memutuskan untuk membuat bungker di rumah.

Di rumah kami, ada sebuah bungker air. Jadi, kami menampung air ketika malam dan menggunakannya sehari-hari ketika pagi sampai siang. Dengan beriringnya waktu, air yang masuk ke dalam bungker itu pun disaring lagi dengan saringan yang super besar, sehingga air-air yang masuk ke dalam bak-bak mandi rumah kami bisa dilihat bebas ampas atau kotoran. Dulu, sebelum saringan besar itu dipasang, seminggu sekali kami harus membersihkan bak mandi yang dasarnya sudah mulai kotor menghitam karena abu.

Dari sinilah awal permasalahannya. Karena distribusi air di rumah kami harus selalu menggunakan pompa, otomatis asupan listrik harus selalu terjaga. Tapi sekarang sedang mati lampu. Otomatis denyut jantung pompa pun terhenti. Air tidak bisa naik ke lantai 2. Padahal, untuk boker kami menggunakan WC yang otomatis itu, yang kalau dipencet langsung keluar airnya, tidak perlu siram-siram lagi. Juga kalau mau cebok, ada silang yang ujungnya seperti pistol itu kalau dipencet baru keluar air. Tanpa listrik, tanpa pompa, semua alat itu mati semua.

Untuk saja, masih ada sisa air di WC sehingga saat aku pencet akan keluar airnya. Tapi, ini juga berarti kalau ada orang lain yang boker, bisa dipastikan mereka tidak bisa menyiram WC tersebut, karena aku adalah pengguna air terakhir itu.

Di rumahku ada 8 kamar mandi. 3 kamar mandi yang berada di dalam kamar pribadi dan 3 kamar mandi ada di lantai 2. Untung Ayah sudah antisipasi, jadi tidak semua kamar mandi harus mandi dengan shower. Ada 2 kamar mandi di lantai 2 yang masih menggunakan bak plastik untuk menampung air. Jadi, waktu aku boker tadi bisa dikatakan aku beruntung karena walau alat tembak pistol untuk cebok itu mati, masih ada air di bak.

Karena alasan-alasan di ataslah maka mulai detik mati lampu sampai hidupnya lampu di daerah sini, maka ada peraturan baru di kamar mandi: DILARANG BOKER!