Hujan turun. Lantas aku menutup mata. Mendengarkan tiap syair dari air yang terjun ke bumi. Tentang angin yang bertabrakan, antara air dan daun yang saling berpelukan. Tanah basah. Aku mendengarkan kisah mereka, tentang rindu yang tertahan. Membumbung ke atas lantas terikat. Sampai, mereka melepaskan apa yang telah lama disimpan.
Setiap orang mulai berlari. Meninggalkan basah yang mulai menyapu. Mengangkat tangan menutupi kepala, melangit langkah mencari teduh. Aku mendengarkan kisah mereka, tentang jiwa yang tak ingin terusik. Terganggu roman lain yang mencoba mencari tempat. Satu bait dalam episode hidup. Satu detik dari berjam-jam yang sia.
Guntur pun hadir. Pekik di langit yang telah lama basah. Kilat-kilat yang hadir di awal, laksana ramalan bahwa gelegar gaduh akan tiba. Aku mendengarkan kisah mereka, tentang suara-suara yang lantang, namun senyap dalam kebisuan. Seperti mereka yang tuli, mendengarkan suara tanpa nada, melihat bibir yang bergerak, tetapi yang terdengar cuma diam.