Kebencian

Kebencian-kebencian itu menggeletikku, merengek-rengek seperti anak kecil meminta untuk dilepaskan. Sebahagian telah kulepaskan, namun terlampau besar untuk semua diutarakan.

Amarah-amarah yang terus dipendam menjadi sampah hati. Mereka yang tidak bersalah menjadi korban, dan yang kecil pun berkobar membara menjadi hutan api.

Ahh…

Mengapa sebagai makhluk aku harus terlalu memperhitungkan? Mengapa harus mengeja bahwa tiap kebaikan harus selalu dibalas dengan kebaikan?! Terima saja tiap neraka dan berikan sejuta surga kepada mereka.

Hati yang berfluktasi tak stabil mungkin menjadi kunci. Aku benar-benar labil. Hati yang menjadi begitu pencemburu, hati yang sangat halus untuk terluka. Dan kata-kata menjadi peluru.

Disaat demikian, tak ada keraguan untuk melepaskan pertemanan, karena aku tidak membutuhkan teman. AKU TIDAK BUTUH TEMAN !!!