Sempurna itu sederhana. Bagiku, sempurna itu adalah: “aku ingin ketika aku bosan, seseorang ada di depanku di mana aku bisa bercerita tentang segala hal kepadanya untuk mengusir setiap bosan yang melanda“.
Sayangnya, sempurna itu tidak ada.
Orang-orang yang kita cintai atau mengaku mencintai kita, mereka hidup dalam dunia dan perspektif mereka masing-masing. Mereka tidak selalu ada ketika kita membutuhkan mereka. Mereka tidak benar-benar ada ketika kita mengharapkan mereka. Masing-masing dalam ego kemanusiaannya ingin diperhatikan daripada memberikan perhatian. Itulah watak manusia.
Dulu ada seseorang yang memperhatikan aku dengan begitu sempurna namun aku menyia-nyiakannya. Sekarang dia telah memiliki seseorang yang memang pantas untuk dia cintai. Dan sekarang aku berusaha memberikan apa yang aku bisa kepada seseorang yang lain, yang aku duga mampu memperhatikan diriku, namun hidup tidak selamanya statis dan berjalan linier. Seringnya, hidup itu dinamis dengan naik-turun kehidupan yang cukup fluktuatif.
Aku ingin sempurna. Sempurna yang sederhana. Tidak harus datang dari mereka yang cantik, pintar, atau dielu-elukan. Aku belajar, pandangan seseorang tentang kehidupan kita itu hasilnya adalah nisbi karena yang menjalani kehidupan adalah kita dan bukan orang lain.
Dulu aku takut. Takut dengan apa yang akan dikatakan orang jika aku berpasangan dengan si buruk rupa misalnya, atau dengan si bodoh. Tetapi, hidup memberiku pelajaran bahwa si cantik, si pintar, tidak sedikit pun memberikan kebahagian sejati. Yang tersisa cuma rasa sakit di dalam hati. Mereka yang sering dielu-elukan seringnya bertindak dengan ego yang berlebih, terkadang merasa bahwa orang lain tiada memiliki harga.
Aku butuh seseorang yang sederhana untuk membuat hidupku sempurna. Sudah aku katakan, sempurna itu sederhana sekali. “aku ingin ketika aku bosan, seseorang ada di depanku di mana aku bisa bercerita tentang segala hal kepadanya untuk mengusir setiap bosan yang melanda“. Tetapi aku belum menemukan orang yang seperti itu, kalau pun ada mungkin aku telah melewatkannya.
Aku punya seorang teman, tetapi dia telah begitu sibuk dengan kehidupannya. Aku pun tidak ingin mengganggunya. Dulu pun ada, seseorang tempat aku sering berkeluh-kesah, namun semua keluhanku adalah rasa bosan yang membuncah sehingga dia yang mendengarkan pun menjadi sangat bosan. Aku pun menyerah dan mengalah.
Aku ingin sempurna. Seseorang yang sederhana. Dia yang selalu ada ketika aku ingin didengarkan, ketika aku ingin mendengarkan. Seseorang yang tidak membuat aku bosan.