Saya Mencintai Anda

Saya kaget saat membaca tulisan baru yang ada di wordpressnya. Tentang perasaan tertekan, dan lega yang telah pupus hilang. Padahal, baru semalam saya menemukan kembali rasa bahagia itu bersamanya namun mengapa sontak bahagia itu hilang.

Saat membaca tulisannya, saya merasa bertanggung jawab atas apa yang saya tulis sebelumnya, tentang “Ketakutan Manusia”. Di sana saya mengambil sampel seorang wanita yang dilanda duga dan keraguan apakah melanjutkan hubungan dengan seorang lelaki atau tidak. Mungkin pada alinea lelaki paling tidak suka didiamkan, dia merasa bahwa dialah aktor tunggal itu.

Saat membaca tulisannya, saya bergetar. Seperti ada sedikit kerikil di dalam dada ini, rasanya agak-agak sakit, dan air mata pun tumpah. Lab sedang sepi, cuma ada saya seorang sehingga saya tidak perlu malu untuk menangis sepuasnya.

Lagi-lagi, saya menyakiti dirinya. Memohon maaf, lantas kembali menyakiti.

Baca Selengkapnya

Tolong Hargai Call Center

Beberapa waktu yang lalu saya baru tahu jika ternyata call center itu tidak memiliki hubungan langsung dengan Operator Telekomunikasi. Call center adalah out sourcing yang direkrut oleh pihak ketiga (third party). Orang-orang yang bekerja sebagai call center disebut dengan Call Representative.

Mengetahui hal itu, saya menjadi menyesal pada beberapa waktu yang lalu saya pernah begitu marah dengan call center yang bekerja dengan lamban serta tidak mampu menyelesaikan masalah saya sepenuhnya. Saya masih menganggap mereka merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari provider telekomunikasi yang saya gunakan.

Kawan baik saya bekerja sebagai call center. Dia mengeluhkan betapa tingkat stress di call center itu sungguh tinggi. Hampir setiap hari dibuka lowongan untuk menjadi call center karena ada saja yang keluar setiap harinya, begitu juga yang masuk setiap harinya. Betapa ketatnya peraturan di call center dan selalu ada punishment dibandingkan reward yang berlaku.

Setiap call center harus berjualan (biasanya kalau kita menelepon call center pasti setelah diakhir kita akan ditawari apakah itu NSP atau pengaktifkan GPRS atau internet), biasanya ada minimal yang dipatok atau mungkin istillahnya break event point setiap bulannya untuk setiap call representative. Kawan saya bilang, dia dipatok harus mampu menjual sekitar 300rb per bulan. Jika hal tersebut tidak mencapai target, maka akan ada bimbingan lanjutan (sejenis punishment) dari pihak perusahaan.

Baca Selengkapnya

Menanam Mawar

bunga mawar
bunga mawar
Atas saran seorang teman, aku disarankan untuk menanam bunga agar saat aku bosan memiliki kegiatan lain untuk menghilangkan rasa bosanku. Awalnya dia menyarankan aku menanam bunga “lidah mertua”, nama bunga yang aneh sekali menurutku. namun saat itu aku bertanya, “bunga apa yang paling susah untuk ditanam?

Bunga mawar,” jawabnya.

Tetapi jangan bunga mawar yang sudah ada di polibet, yang dijual-jual itu. Harus bunga yang belum dirawat. Kalau beli mawar yang udah jadi itu namanya merawat bukan menanam.” Lanjutnya lagi.

Aku mengangguk-angguk ketika itu. Saran itu aku catat di dalam hati.

Tadi siang, di kantin aku tanya sama Mirza, bagaimana cara menanam mawar? Soalnya aku ingin menghilangkan stressku dengan menanam mawar. Tetapi jawaban Mirza lebih aneh, kalau aku menanam mawar malah ko semakin bosan dan stress!

Mendapatkan jawaban itu aku jadi bingung. Haruskah aku menanam mawar?

Baca Selengkapnya

Hal Yang Paling Menyakitkan

Hal yang paling menyakitkan adalah ketika kita menyakiti orang lain.

Aku merasa telah berkali-kali menyakiti orang lain. Kali ini, yang aku sakiti adalah orang yang paling aku cintai. Entah mengapa, apakah aku si makhluk tega? Dia yang mampu menyakiti orang-orang yang paling dia cintai. Entahlah.

Andai orang itu langsung katakan, “Beni! Kamu menyakiti diriku!

Walau tidak dalam sekejap, mungkin aku akan berangsur berubah. Namun hal tersebut harus dikatakan dengan tegas, bukan dengan candaan atau suara yang lembut. Terkadang, lelaki memang harus dikerasi.

Manusia seringnya lupa. Hal yang mereka rekam dengan mudah mereka lupakan. Aku pun sama, ada banyak hal nilai-nilai yang aku rekam namun aku lupakan. Entah demi kepuasan sejenak, demi kesenangan, atau apapun itu, intinya adalah terlupa atau dilupakan.

Aku berharap sedapat mungkin tidak menyakiti orang lain. Rasanya sungguh pedih, walau orang lain yang tersakiti namun aku pun merasa sangat bersalah dan berdosa. Walau mungkin sejam kemudian aku mampu kembali tertawa, namun ingatan tentang menyakiti lama mungkin baru mulai akan pupus.

Aku berharap tidak akan menyakitinya lagi, karena bagiku itu pun teramat sakit. Mungkin lebih baik aku pergi menghilang daripada kehadiranku cuma mampu menimbulkan rasa sakit yang mendalam.

Emosi Manusia

Manusia seringnya melupakan logika ketika emosi sedang membara di dalam dada. Dan parahnya, mereka menyesali apa yang pernah didorongkan oleh emosi yang meletup karena faktor logika yang meredup.

Sering sekali kita melihat mereka yang terlalu terbawa emosi lebih sering menutup muka pada akhirnya karena perasaan malu, bersalah, atau gagal. Kita melihat di televisi, seorang pembunuh harus meratapi nasipnya karena emosi dorongan sesaatnya mampu membuatnya membunuh seseorang. Seorang pemerkosa harus menyesali seluruh perbuatannya karena emosi dorongan seksual sesaat yang meletup di dalam dadanya.

Emosi seringnya beriringan dengan napsu. Karenanya, ketika marah kita diminta untuk melakukan wudhu. Mengapa? Selain karena air itu dingin dan menenangkan, ternyata prosesi mengambil wudhu itu didasari oleh sebuah kesadaran, diharapkan implikasi dari kesadaran itu adalah kita kembali menempatkan logika dalam arah berpikir kita.

Sebenarnya, emosi itu adalah perasaan. Manusia wajib memiliki emosi, karena jika tidak, mereka tidak berbeda dengan robot yang tidak memiliki emosi. Hanya sayangnya kebanyakan manusia (termasuk aku) belum mampu mengkontrol emosi mereka secara penuh. Inilah faktor dasar mengapa emosi harus dikekang agar emosi itu tidak malah berbalik menyengsarakan.

Aku adalah anak yang terlahir dari emosi. Emosi cinta ibu dan bapakku terhadap cinta mereka melahirkan aku. Tanpa emosi, aku tidak ada. Tanpa emosi, aku tidak di dunia.

Baca Selengkapnya