Marhaban ya Ramadhan

Mungkin karena usia. Ramadhan yang dulu aku hadapi dengan perayaan tampak tertatih sekarang berjalan. Entah kemana perasaan gembira yang dulu akan selalu hadir, seperti perasaan seseorang menunggu pernyataan cintanya diterima: detik-detik mendebarkan yang dinantikan. Namun sekarang pupus.

Mungkin ini karena jiwaku yang semakin kosong. Boleh jadi karena semakin bertumpuknya dosa di dalam dada. Tentang kaki yang berselimut lumpur, dan lengan yang berkubang kesalahan. Hati yang lalai dan pikiran yang jauh dari memikirkan Tuhan.

Aku merindukan aku yang dulu. Manusia yang melihat manusia dengan seadanya. Tidak mengutuk mereka yang berdosa lebih dari seharusnya. Memaafkan mereka yang terlupa. Tidak berburuk sangka ketika berderma. Tak membutuhkan manusia membalas kembali seluruh cinta.

Baca Selengkapnya

Melacak: Tahajudku

Tadi, di facebook aku melihat ada postingan group pecinta tahajud. Miris, karena aku telah terlalu lama meninggalkannya. Bukan itu saja, puasa senin-kamis pun telah lama tidak singgah dalam hidupku. Redup, aku futur.

Melacak. Aku mencoba meraba, dimana letak salahku hingga takdirku untuk bertahajud dihapuskan Tuhan dalam buku Lauful Mahfuz, buku kehidupan yang berisi takdir alam. Aku mencoba mengeja jejak, kapan terakhir aku tahajud dan puasa.

Memang ku akui, aku terlalu dalam di dalam lubang ke futuran. Terlalu kotor, malah bangga menjadi abu-abu. Menjadi sosok yang netralistis, sosok yang tidak di kiri juga tidak di kanan. Salahnya, aku terlalu minim keimanan.

Baca Selengkapnya

Bergetar Ia dan Segalanya Bergetar

Bergetar hatiku amat hebat, berdebar kencang tak menentu saat pumbuluh menyempit, aliran darah menjadi begitu kencang, mengguncang nadi. Tuhan, mengapa ini kembali terjadi?

Aku jatuh cinta…

Entahlah, aku tidak mengerti apakah ini cinta atau hanya kekaguman biasa. Namun yakinlah wahai seseorang yang sedang kucintai, ku pastikan engkau tidak akan pernah mengetahui betapa aku mencintaimu. Tak akan kembali aku terperosok seperti dulu lagi, menjadi budak nafsuku dengan menggumbar kata-kata cinta. Aku berjanji, itu tidak akan terjadi lagi.

Tahukah kamu seseorang yang sedang kucintai? Terkadang air mataku menetes, berharap sangat Tuhan mencabut rasa yang mulai mengakar dihatiku ini karena ku mengerti; Sungguh tak pantas diriku bersanding dengan dirimu. Sungguh tak pantas sebelum aku juga memiliki keimanan setangguhmu.

Lelaki mana di dunia ini yang tak ingin mempersunting seorang bidadari? Lelaki mana? Katakan padaku.

Baca Selengkapnya