Teruntuk Mujahidku

Aku mendapatkan tulisan ini dari blogsnya rifka. Waktu aku ingin menyelesaikan tulisan Lelaki Abu-abu, tulisan ini rencananya akan kujadikan pendamping tulisanku tersebut, tetapi sayang… ide awal Lelaki Abu-abu abortus di tengah jalan hingga aku kehilangan eksistensi ide awal tulisannya.

Tulisan Lelaki Abu-abu yang kalian lihat itu sebenarnya tidak mengandung ide awal yang ingin kuceritakan. Namun waktu yang terlalu lama membekukannya membuatku terlupa apa sebenarnya yang ingin ku persembahkan dari narasi Lelaki Abu-abu itu.

Semoga tulisan yang kuambil dari http://rifkaaaa.blogspot.com/2008/07/teruntuk-mujahidku.html bisa memberi sedikit arah sebenarnya yang telah lama terlupa itu.

Terima kasih untuk rifka yang telah mengijinkan aku mengutip buah tanganmu ini. Terima kasih, dan selamat membaca…

Baca Selengkapnya

Lelaki Abu-abu

Aku bukan pria yang baik. Aku tidak putih namun tidak juga hitam. Aku tidak berada di kiri namun bukan berarti aku ada di kanan. Aku di tengah-tengah. Aku, lelaki abu-abu.

Temanku pernah mendebatku tentang ini. Katanya, ”Ben, tidak ada yang namanya kaum tengah. Yang ada adalah kiri atau kanan, kebaikan atau keburukan. Nanti jika dihisap kelak, cuma ada dua pilihan; surga atau neraka dan tidak ada yang ditengah-tengah.

Temanku benar, tak ada yang di tengah. Kaum tengah tidak pernah memiliki ruang, abu-abu bukanlah warna, dia tidak pernah memiliki tempat. Namun, terkadang aku mendebatnya, ”Bukankah Islam itu pertengahan? Yang tengah antara Yahudi dan Nasrani. Yahudi yang begitu kaku atau Nasrani yang terlalu asih. Islam adalah jawaban dari kesempurnaan. Sebuah jalan tengah bagi umat manusia.

Baca Selengkapnya