Barusan aku terbangun dari tidur. Aku bermimpi Taman Surga.
Dengan agak malas aku beranjak bangun, kemudian menyeret langkah ke kamar tidur untuk mengambil handuk kemudian mendaratkan langah menuju kamar mandi. Aku mandi, cuci rambut, gosok gigi.
Selesai mandi, aku tidur telentang. Pandanganku mengarah ke langit-langit, namun dalam pikiranku cuma tercatat satu nama: Taman Surga. Ku beranikan diri untuk mengsms dia.
“Apa kabar? Baik-baik aja kan”
Namun hingga aku menulis blog ini tak ada jawaban dari seberang. Mungkin aku masih terlalu dibenci. Dan aku kebalikannya, aku masih terlalu mencintai. Kadang aneh, jika dipikir hampir 2 tahun kami berjalan dengan arah berbeda, tidak lagi sehati namun mengapa namanya tidak juga lekang.
Aku masih saja bergetar jika seseorang menyebut namanya. Hatiku masih berdebar kencang. Apakah aku masih cinta? Atau ini cuma rasa sekedar dan tak ada hubungannya dengan perasaan cinta.
Besar inginku agar kami kembali berteman seperti dahulu, tidak seperti sekarang. Sama-sama membisu.
Aku pernah menulis Surat Untuk Yang Tersakiti untuknya, namun aku belum pernah mengirimkannya. Aku yang salah.
Aku tahu, dia pasti telah bahagia. Dia orang yang teramat baik, juga lembut hatinya. Namun semua orang juga sama, jika hatinya disakiti hingga batasan yang tak mungkin lagi termaafkan maka semua akan seperti itu. Akupun demikian, jika aku tersakiti seperti mungkin aku menyakitinya maka aku akan melakukan hal yang sama.
Cinta-cinta-cinta
Betapa banyak definisi tentang itu, dan aku tak mampu menjangkau semua. Tetapi perasaan pada diriku adalah sebuah keinginan besar melihatnya bahagia, terlepas ada tidaknya aku. Aku cuma ingin dia tersenyum, hingga ujung masa.