Brother of Badar

Brother of Badar. Dia adalah temanku, teman liqoat-ku. Teman yang paling sering mengingatkan kami kalau ada haloqah, dan juga ketika ada peristiwa-peristiwa penting. Dia juga adalah teman yang paling sering mentraktir kami makan BAKSO, karena dia adalah pecinta Bakso sejati.

Bakso yang bagiku dari Sabang sampai Merauke itu sama saja rasanya, tetapi dilidahnya bisa berbeda-beda. Dia bisa tahu dengan pasti, mana bakso yang enak dan mana yang kurang enak. Lidahnya itu entah terbuat dari apa, sampai rasa bakso yang semuanya sama bisa berbeda-beda.

Mengapa dia memilih nama Pemuda dari Badar?

Badar adalah perang pertama dalam Islam. Mereka yang berjuang di Badar diberikan kelebihan oleh Tuhan: “lakukanlah sesukamu karena Aku telah memaafkanmu.” Badar juga adalah perjuangan terberat, ujian besar bagi umat ketika itu, walau kemudian nabi berkata, “Ada perang yang lebih berat daripada ini, perangmu melawan hawa napsu.

Badar adalah entitas keteguhan iman.

Lelaki yang bertajuk Badar itu adalah temanku. Dia yang akan bertanya, “mengapa aku tidak ikut liqo?” Dia yang akan mencari, “Baiquni kemana minggu kemarin.

Sungguh, pertanyaan-pertanyaannya sering membuatku terhenti sejenak. Inilah sebuah pertemanan sejati yang dibingkai dari ruang iman. Sebuah pertemanan yang kelak akan abadi seperti jalinan Mujahirin dan Anshar. Bukankah sebaik-baik perbuatan adalah yang di dasari oleh keimanan?

Ya. Aku mencintai lelaki itu. Aku mencintainya karena Allah.