Ketika Cinta Sahabat

Aku memiliki seorang sahabat dari dunia IRC. Dia adalah seorang yang pertama kali dan satu-satunya yang mengirimkanku ucapan SELAMAT melalui kartu pos. Awalnya ku kira dunia irc sama sekali berbeda dengan dunia nyata, dan memang terkadang berjalan demikian namun sosok ini berbeda.

Dan kau tahu teman, engkau adalah sahabat IRC ku yang paling rewel, namun paling dekat denganku.

Dan ketika aku telah berubah, ku ingin dia juga berubah. Setiap kita selalu ingin agar orang-orang di sekeliling kita yang kita cintai menjadi seperti kita. Atau paling tidak, menjadi seperti sosok yang kita anggap benar. Aku juga ingin dia kembali benar.

Sebuah pertanyaan sederhana kulontarkan: “Bagaimana jika kamu mati nanti?

Dan dia menjawab dengan senda gurau, padahal aku bertanya serius kepadanya. Aku ingin dia menjadi lebih baik, lebih islami, dan menjadi orang-orang yang diridhai Allah.

Apa engkau tahu? Bagaimana jika sebuah ketulusan akan sebuah perubahan malah kamu balas dengan gurauan dan candaan? Dan terkadang engkau mengolok-oloknya. Sungguh hati ini amat perih. Dan aku merasa seperti Yunus suatu ketika.

Aku tahu, aku memang bukan orang suci. Aku adalah mantan pendosa juga, sama seperti orang-orang di sekeliling kita. Namun, apakah dosa akan terus mengekang jasad? Setelah pertobatan datang. Bahkan Tuhanpun memaafkan. Mengapa terus melihat dosa setelah pertobatan datang?

Dan apakah engkau masih memegang kata, bahwa yang harus menjulurkan bahasa adalah dari orang-orang suci tanpa cacat? Belumkah sampai ditelingamu sebuah bahasa indah yang berkata: “kebanyakan orang yang mendengar lebih mengerti daripada orang yang berbicara. Maka janganlah kau menghakimi bahasa atas kecurangan orang-orang yang berkata.

Atau pernahkah engkau mendengar, “walau dari mulut seekor anjing, kata bijak tetaplah mutiara.

Teman, tidak tahukah kamu rasa cinta pada diriku yang ingin membuatmu berubah. Aku ingin engkau menjadi lebih dewasa, menjadi lebih islami. Aku ingin kita sama-sama berdiri tegak dan meninggalkan semua keburukan yang telah lampau terjadi agar jangan sampai terulang.

Aku harus bagaimana? Agar engkau mendengarkan setiap kata.