Tadi siang, aku mendengarkan khutbah Jumat dari laring-laring suara khatib di mesjid Al-Istiqamah, Komplek Arun, Lhokseumawe.
Awalnya aku terkantuk-kantuk mendengarkan khutbah itu, entah setan apa yang bermukim di tubuhku atau mungkin ini pengaruh sakit kepala teramat sangat yang menderita cuma pada sebelah kepalaku. Migrenku memang kumat saat itu.
Namun pada pertengahan Jumat, kantukku sirna. Yah, seperti matahari yang menghapus mendung. Sirna begitu saja. Ketika gemuruh suara khatib menderu menyerbu memberontakkan rasa kantukku. Aku terkesiap.
Khatib itu sedang berbicara tentang tanah kami yang sedang dijajah. Tentang tanah kami yang dihajar bangsa yang memaki lantang teroris padahal sebenarnya merekalah sebenar-benar teroris. Mereka adalah bangsa yang selalu menebar teror dengan dalih teror.
Khatib berbicara tentang: PALESTINE.
Tanah kami yang dijajah oleh zionis Israel dan sekutunya Amerika.
Air mataku mengalir, aku tersedu sedan, aku menangis. Dalam sujudku, aku berdoa: “Ya Allah, kuatkanlah saudaraku di Palestina dan angkatlah derajat mereka setinggi-tingginya di hadapan-Mu. Ya Allah, bantu kami mengambil kembali izzah kami yang tercerabut. Ya Allah, hanya Engkaulah Tuhan kami.”
Palestina, kapan damai akan melingkupimu?