Berbagi Hati

Hatiku untukmu seperti hatimu yang kau berikan untukku. Cinta menembus segala batas, bahkan melewati sebelas dimensi. Sebuah pertemanan aku coba ukir, agar setiap kita bisa menyebutnya: ABADI.

berbagi hatiSuatu hari aku berkata, “hatiku sedang retak.

Dia gaduh. Bertanya. Memintaku buka suara. Aku heran, kenapa malah dia yang menangis. Dia yang membuang semesta air mata dari kedua bola matanya yang indah. Memintaku untuk bersuara, ada kisah apa di balik hati yang menjadi bongkah.

Aku diam. Bungkam. Memilih untuk menyimpan.

Dia masih menangis. Aku tidak kuat. Terutama saat bilang benci. Dia benci saat aku terluka, mungkin lebih besar dari perasaanku yang senang saat melihatnya bahagia. Aku pun tak kuat. Melihatnya menangis aku luluh. Aku masih menyimpan, namun aku katakan kepadanya, “aku butuh hati.

Untuk apa?” Tanyanya heran.

Agar hatiku telah rongsok bisa aku buang,” jawabku.

Lalu, aku bagaimana?” Dia heran.

Kita berbagi hati.” Cuma itu yang bisa aku jawab.

Aku tidak punya deskripsi bagaimana itu “membagi hati“, saat aku dan dia, kami hidup dalam hati yang sama, walau jiwa yang berbeda.

Mungkin baginya tidak ada pilihan lain. Hidup dalam satu hati adalah sebuah jawaban. Karena mungkin dia amat sangat mengerti, hatiku telah tidak dapat digunakan lagi.

Saat pertama aku mengambil hati pemberiannya. Aku merasakan apa yang tidak pernah aku rasakan dari hatiku sebelumnya. Ini lebih dari sekedar kehangatan. Ada jutaan haru yang terikut serta. Aku tidak bisa ucap apapun, tidak juga terima kasih, selain air mata.

Saat itu adalah saat paling bahagia dalam hidupku. Saat aku tahu segala hal yang tersimpan di dalam hatinya. Saat dia tahu, apa yang hendak aku bagi ke dalam hatinya. Kami menjadi saudara, tidak terikat oleh darah, namun kami saling berbagi hati.

Ada kala saat dia menangis. Ada waktu saat aku bertanya untuk apa air mata hadir. Saat itu, walau dia diam, menyimpan, aku telah amat mengerti mengapa. Aku bertanya bukan untuk sebuah kejelasan, karena aku telah paham sebelum fonem tiba, dengan maksud apa seluruh air mata menjadi tiba.

Aku lemah. Dia lemah. Bukan kekuatan yang membuat kami bersatu, namun kelemahan. Seringnya, kekuatan malah menghadirkan beda, membuat sesuatu yang bersatu malah menjadi sisa. Dua lemah memang tidak menjadikan kami kuat, namun karena lemah, kami menjadi saling mengerti, saling berbagi.

Aku benar-benar mencintainya. Karena cinta pula kami saling berbagi hati. Kelak, aku ingin mengukir ini dalam abjad yang tidak vokal juga tidak konsonan. Abjad-abjad cinta yang melewati sebelas dimensi. Sesuatu yang mereka menyebutnya: ABADI.

Untukmu sahabat. Terima kasih engkau telah rela memberikan hatimu untuk hatiku. Terima kasih untuk membiarkan aku mengetahui segala rahasiamu, dan engkau pun menjadi penjaga rahasiaku. Terima kasih untuk: BERBAGI HATI.