Bidadari jadi dua, so what? Lantas kenapa…
Tidak apa-apa, cuma hanya ingin berkata demikian, toh bidadari tak memasuki wilayah hatiku. Tidak seperti sang puteri atau “dia” yang begitu mendobrak hati ini.
Dari bidadari yang dulu aku belajar bagaimana arti puasa pada 2 hari yang indah, senin dan kamis. Dan bidadari kali ini mengajarkan aku untuk tunduk pada Tuhanku dengan sepenuh-penuh ketundukan pada malam harinya, mempersempit tidurku dan memaksa untuk sujud, rukuk, menangis kepada-Nya walau harus memaksa di tengah kantuk yang begitu mendera.
Dalam hidupku, bidadari kini menjadi 2.
Bidadari dari malang yang begitu mencintai bahasa jepang. Bidadari yang unik. Kadang dalam ujung-ujung malam dia mengirimkan Call Me hanya untuk membangunkanku, mengirimkan petuah-petuah bijak. Sungguh dia bagai bidadari, yang memberiku hidayah dan menuntunku pelan namun pasti.
Ya Allah, sungguh-sungguh-sungguh aku amat beruntung. Kau berikan aku air hidayah saat dahaga hati itu begitu menyesakkan. Kau turunkan bidadari bertahap untuk mengajarkanku sujud dan tunduk kepadamu. Dulu aku menggap ini suatu perbudakan, namun menjadi budak cinta-Mu membuatku semakin ingin diperbudak.
Ahh… sekali lagi: BIDADARI JADI 2