Bahagia, Benci, Iblis

Awalnya aku bahagia, namun ternyata berita langit berkata lain. Bahagia aku undur.

Bahagia berubah menjadi geram. Ya, sangat geram! Aku jadi benci. Benci sekali.

Iblis-iblis dalam hatiku bilang: makhluk yang aku benci itu adalah makhluk yang egois! Iblis tidak salah, aku sepakat dengannya. Makhluk itu memang sangat egois.

Mengapa egois? Karena dia cuma memikirkan dirinya sendiri. Dan aku selalu diajarkan oleh lelaki tua agar selalu memperhatikan orang lain. Aku makan hati!

Geram. Darah dalam dadaku mendidih. Aku sangat geram. Tapi aku ga bisa bilang. Aku tidak mau jika geram ini aku katakan maka makhluk itu akan mati. Aku tidak mau laparku membuat seisi dunia terbakar. Jika air masih mampu mengalir, mengapa harus membendung cuma untuk keegoisan akan energi?

Cukuplah di blog ini aku berteriak dengan kata-kata benci. Kelak jika aku berpapasan dengan makhluk itu, aku akan tersenyum kepadanya. Sehangat senyum mentari.

Cukuplah di blog ini aku menanggung semua benci. Kelak jika aku berbicara dengannya, aku akan tertawa selebar yang aku bisa. Penuh mulutku dengan gigi dan lidah yang terbahak sempurna.

Bahagia aku undur. Sejenak.

Tolong ijinkan aku Tuhan, berikan aku barang waktu 5 menit saja untuk membenci. Setelah itu semua akan selesai. Anggaplah, makhluk itu adalah alien yang tidak pernah turun ke permukaan bumi.