The Law of Diminishing Utility. Jujur, aku sendiri kurang paham artinya. Istillah tersebut muncul dari si neng geulis waktu percakapan kami dihari menjelang pagi. Istillah itu muncul begitu saja ketika entah mengapa pembicaraan kami mulai mengarah kepada bidadari, bidadari ketiga, dan seorang lelaki.
Saat aku ceritakan kepadanya bahwa barusan bidadari sms aku, bahwa dia akan menikah 4 minggu lagi.
Apa itu The Law of Diminishing Utility?
Bisa diistillahkan begini: jika kita TERLALU mencintai sesuatu, maka cinta itu akan cepat habis. Contoh, jika kita suka sekali dengan nenas, kalau TERLALU dan KETERLALUAN banyak makan nenas maka kita jadi muak dengan nenas tersebut.
Tetapi menurutku, hukum tersebut bersifat dialektika. Antara YA dan TIDAK atas keumuman yang diutarakannya. Pada satu sisi bisa saja hukum tersebut bekerja, namun kita jangan menafikan adanya banyak ragam anomali dalam setiap sendi kehidupan.
Neng geulis menyodorkannya ketika dia melihat blog-blogku yang sering bercerita tentang cinta yang begitu mendalam, atau lebih tepatnya lebay. Sekarang, yang aku cintai adalah bidadari ketiga, dan dia kata bahwa tidak seharusnya aku mencintai wanita tersebut dengan berlebihan. Karena suatu saat cinta tersebut akan pudar, dan akan digantikan oleh episode yang lain.
Mungkin aku memang terlalu berlebihan. Namun yang jelas, jika aku telah menyukai seorang wanita, aku ingin sekali menjadikan dia bagian dari hidupku. Aku tak ingin lagi berpacaran, aku ingin menikah, segera setelah punggungku tegak berdiri.
Namun, tidak ada salahnya jika aku meng-amin-kan hukum The Law of Diminishing Utility tersebut. Toh, mungkin keadaan lebih baik jika aku mulai menerapkannya. Mencintai bidadari ketiga dengan cara biasa, untuk waktu yang teramat lama. Hingga napasku, napasnya terhenti sudah. Hingga aku dan dia kelak bermuara di surga.