Berbeda… ini berbeda. Kali ini sungguh berbeda…
Aku seolah menjelma menjadi prajurit kalah perang. Prajurit-prajurit yang tersungkur, setelah lelah kalah melawan nafsu mereka sendiri. Tidak cuma kalah, aku pun menderita, tersiksa, dan tersungkur.
Gontai, lemah… itu aku.
Ramadhan yang dulu pun aku tidak se-tersungkur ini. Bahkan aku masih memiliki sisa-sisa kekuatan walau seminggu kemudian aku seperti tak tersisa pernah menikmati Ramadhan yang begitu syahdu. Episode Ramadhan kali ini begitu kacau, teramat sangat kacau.
Tilawahku hancur-hancuran, tarawehku binasa, infaq dan sadoqah ku minim. Duh gusti, permainan apa lagi ini?
Semoga, aku cepat bangkit.
Futur. Mengapa penyakit itu harus terus mendekam dalam waktu yang lama? Mengapa…