Untuk siapa air mata itu hadir?
Mengapa dia mampu mengalir?
Apakah oleh hati yang sedang terluka atau karena bahagia?
Hampir setiap orang merasa bahwa tangisan mampu membalikkan keadaan. Mungkin itu alasan mengapa setiap kesedihan memperanakkan air mata. Aku sendiri tidak mengerti, mengapa air mata harus tumpah, karena sesungguhnya yang sakit adalah hati.
Malam itu aku mendengarkan lagi isakan dari air mata yang menetes tumpah. Awalnya pelan, lantas seperti deru ombak dia mengeras, sebelum kemudian menjadi badai yang memilukan.
Aku katakan dengan sungguh! Dengan seluruh jiwa dan ragaku! Berhentilah menangis. Tolong berhenti…
Suaraku saat itu cuma mampu tertelan oleh tangis yang telah membadai. Terombang-ambing oleh hati yang mengkeruh. Aku tidak mengerti, tidak menyimpan duga, atas apa air mata itu sampai hadir dan sekarang menjadi gulma. Yah, terkadang air mata pun mampu menjadi gulma. Tumbuh seketika dan menyebar menutupi seluruhnya.
Tangisan itu mulai membangunkan orang-orang. Membangunkan mereka, terutama yang terikat oleh hati.