Kadang saya suka kebingungan, ling-lung, bahkan tak jarang harus K.O sampai limpung. Yah, saya bisa seperti itu saat memaknai tentang apa rahasia Tuhan dalam setiap jejak langkah saya dalam kehidupan.
Jujur, saya pernah berada dalam kondisi sangat tertekan pada suatu ketika, di tengah kegelapan malam saya menangis sejadi-jadinya. Luar biasanya, saya menangis bukan di rumah melainkan di sebuah penginapan di kota Medan. Saya merasa kali ini Tuhan tidak adil. Dia melambungkan saya ke tempat paling tinggi, seolah-olah satu doa terkhusus saya telah dikabulkanNya. Satu keinginan yang paling saya harapkan, namun Dia campakkan itu dengan sia-sia. Saya menangis ketika itu.
Saya bertanya kepadaNya dengan lirihan seorang hamba, “Tuhan, bukankah saya meminta bukan karena hasrat saya pribadi? Tetapi lebih kepada salah satu cara agar saya menghindari dosa?”
Malam itu, jemari saya bergetar seirama gemuruh yang meledak-ledak dari dalam dada. Dada saya kembang-kempis dengan begitu sempurna. Seluruh oksigen yang saya hirup, saya keluarkan pula seutuhnya. Tak ada yang disimpan. Tak ada yang ditinggalkan. Dan berlahan, lidah saya mulai merasa asin oleh air mata yang deras tumpah.
Itu adalah salah satu episode saat saya merasakan apa yang manusia bumi sebut dengan keputusasaan.