Kepemimpinan Itu Seperti Pohon

Kemarin aku ikut Muswil FLP Aceh. Dalam muswil itu adalah pertanggungjawaban 2 tahun sekali presidium FLP dan pemilihan ketua baru untuk masa jabatan 2 tahun. Kali ini, seperti yang kuramalkan, Riza Rahmi terpilih sebagai ketua.

Aku suka dengan gaya Riza memimpin. Paling tidak, dalam rapat-rapat kepanitian aku melihat cara dia mengemukakan pendapat. Aku melihat dia sebagai seorang yang idealis, dalam, dan visioner. Entah, mungkin itu hanya pendapatku saja.

Kemarin ada 7 calon besarnya kemudian diadakan voting untuk memilih 3 calon besar. Riza Rahmi, Roby Anugerah Syahputra, dan Nuril Annissa adalah 3 calon besar tersebut. Dan kemudian, dari hasil musyawarah forum maka kami sepakat untuk memilih Riza Rahmi sebagai ketua yang akan menahkodai kami.

Semua calon awalnya menolak. Bahkan Riza pun setelah dipilih agak sedikit menolak. Dia berharap kami tidak seperti orang yang menjilat ludah kami sendiri (aku baru tahu istillah ini), ketika kami mengagungkannya saat kami mengusung namun kami berbalik arah ketika dia telah menjadi seseorang yang memimpin kami.

Aku melihat pemimpin itu seperti sebuah pohon. Aku mulai mengubah citra pemimpin alih-alih sebagai sebuah nahkoda kapal kepada sebuah pohon yang menjulang tinggi lagi akarnya menancap bumi. Nahkoda memang menyetir arah perputaran kapan, namun ya hanya itu tugasnya.

Sebuah kerjasama lebih layak dinisbatkan sebagai sebuah pohon. Pohon dimulai dari bibit. Belajar dari sebuah ranting hingga menjulang tinggi menembus langit. Tidak ada sesuatu yang instan, semua dimulai dari sebuah proses pembelajaran.

Pucuk tertinggi pohon adalah kepemimpinan. Bawahan adalah akar. Mereka semua bersatu dalam sebuah bentuk kepohonan. Tidak ada cuma akar, tidak ada cuma ribunan daun, tidak akan sempurna menjadi sebuah pohon.

Daun-daun bertugas berfotosintesis. Mereka memasak makanan untuk pohon seluruhnya. Akar-akan menancap bumi dengan perkasa, agar tidak timbang dia. Akar tidak cuma bertugas menegakkan sebuah pohon, akar rapuh, seluruh pohon akan goyah. Akar bertugas mencari hara-hara yang mampu dicapainya.

Pemimpinan itu harus bagus. Namun memiliki bawahan yang mampu menopang juga adalah tidak kalah penting. Kerapuhan grass root tidak akan mampu ditopang dengan kepemimpinan yang mumpuni, namun kekokohan akar juga tidak mampu jika ternyata pucuk tak mampu berfotosintesis dengan baik.

Sebagai-baik pohon adalah rantingnya banyak, raunnya rimbun lagi berbuah, dan akarnya kuat menancap bumi.

Demikianlah apa yang kupikirkan: KEPEMIMPINAN ITU SEPERTI POHON.