Pernahkah kamu merasa sepi yang amat sangat, sepi yang begitu mencengkeram, sepi yang begitu hebatnya hingga lutut tertaut, betis saling menyilang, dan tangan mendekap punggung. Kamu menunduk, mematut wajahmu dalam lipatan lututmu mencoba menggali dirimu sendiri, ternyata semua hanya ada sepi, sepi, sepi sendiri, sepi yang terkeruk menghitam dalam jiwa, sepi yang entah bagaimana terceritakan.
Aku menamakannya NERAKA SEPI. Sepi yang begitu hebat yang ada dalam jiwaku, sepi yang bukan kosong, namun terisi oleh sejuta kelam. Sepi yang begitu terasa.
Aku memang tertawa, aku memang menertawakan, aku tersenyum. Namun adakah yang tahu apa isi dibalik wajah yang selalu tersenyum ?! Adakah yang tahu betapa besar rasa sepi yang hinggap dalam hati, dalam jiwa ini ?!
Aku semakin menjadi mereka yang tidak pernah mau peduli. Apakah mereka mau peduli padaku ?!
Apa mereka tahu dalam tiap malamku aku menekuk lutut meratap betapa sepinya hati. Betapa rasa itu membuatku bingung.
Aku memang pendosa… pendosa…. dan Tuhan menghukumku dengan neraka sepi.
Hanya Ada: NERAKA SEPI