Perasaan yang membuncah, entah mengapa membuat aku mengirimkan pesan kepada sahabat terbaikku: lelaki. Isi pesannya, cukup aku dan lelaki yang tahu.
Aku masih menyimpan pesan Nuril, temanku di FLP yang tomboy, jenggo, dan suka sewot sama diriku yang entah mengapa tiba-tiba pengirimkan pesan tentang cinta. Akupun heran, dugaku, mungkin dia sedang jatuh cinta.
Assalamu’alaikum saudaraku,
Bila dirimu sekarang sedang menunggu seseorang untuk menjalani kehidupan menuju ridha-Nya, bersabarlah dengan keindahan. Demi Allah, dia tidak datang karena kecantikan dan ketampanan, kepintaran ataupun kekayaan. Tetapi Allahlah yang menggerakkan.
Janganlah tergesa untuk mengekspresikan cinta kepada dia sebelum Allah mengizinkan. Belum tentu yang engkau cintai adalah yang terbaik untukmu. Siapakah yang lebih mengetahui melainkan Allah?
Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap-derap hati rapat-rapat. Allah akan menjawabnya dengan lebih indah di saat yang tepat.
Mungkin diantara semua temanku, aku yang paling lebay dan ekspresif dalam urusan pengungkapan cinta. Walau tidak secara langsung, namun pesan-pesan itu kukumandangkan melalui status-status facebook maupun blogku ini. Mungkin khawatir dengan kejiwaanku tersebut akhirnya membuat Nuril sendiri yang turun tangan.
Kadang aku melihat Nuril itu seperti Umar (yang setan pun takut kepadanya).
Nuril benar. Cinta memang akan lebih indah pada saatnya, semuanya juga seperti itu. Air akan terasa begitu berarti ketika dahaga di ujung lidah. Makananan pun akan lebih sedap ketika lapar. Nikmat sehat akan terasa lebih berarti ketika engkau sakit. Demikian seterusnya. Semua, ketika saatnya, akan selalu lebih indah, tidak cuma cinta.
Namun tak dapat dipungkiri. Cinta selalu datang tak tepat waktu. Kadang dia hadir ketika kita masih begitu belia, atau terkadang ketika kita sudah punya anak tiga. Begitulah cinta, menjadi ujian bagi manusia, dan hanya orang-orang yang bersabar yang mampu mengarunginya serta mendapatkan ridha-Nya.
Bicara tentang ridha Allah, tidak mutlak tentang cinta. Semua yang kita lakukan, entah itu tidur, bersedekah, shalat, mengaji, atau beraktifitas dakwah semuanya memiliki satu tujuan: mencapai ridha Allah.
Akupun sedang jatuh cinta saat ini. Aku sedang mencintai bidadari ketiga. Namun cukup sekali aku tak mampu menahan ucapan cinta. Cukup sekali, aku tidak ingin ada terulang kedua kalinya. Andai boleh, aku ingin seperti yang dinasehatkan oleh Nuril: mengucapkan cinta pada waktunya, setelah ijab-kabul tiba.