Aku ingin menikah, aku ingin menikahi bidadari, itu mimpiku dalam sebuah pernikahan.
Bidadari identik dengan keindahan, namun keindahan tidak harus berarti kecantikan. Kecantikan tidak berarti harus merupakan keindahan. Kecantikan palsu bukanlah sebuah keindahan, kecantikan tanpa didasari jiwa yang indah bukanlah sebuah keindahan.
Tuhan, ijinkan aku menikahi bidadari.
Bidadari juga identik dengan sebuah kesucian. Karenanya aku mengimpikan seorang bidadari, bidadari yang tersuci, bidadari yang tak pernah tersentuh dengan lelaki lain, bidadari yang hanya tersedia untuk pemiliknya, bidadari yang selalu ada untuk suaminya. Karenanya aku merindukan sosok itu.
Tuhan, adakah seorang bidadari tercipta untukku ?
Aku ingin bidadari yang taat kepada-MU, aku ingin bidadari yang yang setia, aku ingin bidadari yang bila kutinggalkan maka aku merasa aman dan jika melihatnya aku merasa senang, aku ingin bidadari yang TIDAK pernah PACARAN.
Egoiskah aku Tuhan ?!
Apakah bidadari hanya akan menjadi angan-angan, atau dapatkan aku memilikinya.
Ijinkan aku menikahi bidadari Tuhan, bidadari yang pantas untukku, bidadari dalam dunia ini.
Tuhan, selama ini aku selalu berusaha mati-matian untuk menjaga diriku, untuk menjaga agar diri ini tidak tersentuh dengan sesuatu yang bernama PACARAN, maka karenanya ijinkan agar bidadariku kelak juga TIDAK PACARAN.
Tuhan, pantaskah aku mendapatkan bidadari ?!
Aku tidak mengerti Tuhan, bagaimana kelak aku akan menemukan bidadariku. Karena Engkau yang lebih mengetahui diriku daripada diriku sendiri. Aku yang selalu penakut, aku yang grogian, aku yang selalu menjauhi apa yang dinamakan wanita, aku yang selalu menunduk saat melewati mereka, aku yang ingin cepat berlalu bila berpapasan dengan mereka. Aku tidak tahu Tuhan, bagaimana kelak aku akan menemukan bidadariku.
Tuhan, ijinkan aku mempersunting seorang bidadari, ijinkan aku.
Terima Kasih Tuhan….