Aku rindu dia. Bidadari ketiga.
Lama tak ada kabar, sudah dua hari lebih tak saling sapa. Aku rindu. Bertubi rindu. Rindu sekali.
Aku ingin bilang bahwa “aku suka dia“: tapi tak berani.
Aku belum mampu. Belum lagi tangguh, dan tegak punggungku berdiri.
Namun hati ini juga sakit. Awalnya kukira rasa yang tersimpan dalam hati ini memiliki celah untuk sebuah balasan, namun diagnosaku salah. Bukan aku yang sedang ada di dalam hatinya.
Aku tak peduli. Tak peduli dia cinta padaku atau tidak. Aku cuma mencintainya, cukuplah itu, telah tertulis hal tersebut dalam buku catatan takdirku.
Bertubi rindu. Menunggu balas, entah kapan tiba. Aku rindu.